DEDDY STANSYAH |
Oleh: Denny Sakri
Dengan formasi Deddy Sutansjah (bas,vokal), Joko Alipin (gitar, organ, vokal), Iwan Krishnawan(Drum,vokal) dan Iskandar ( rhythm gitar, vokal), The Rollies mulai serangkain gigs dengan membawakan sederet reportoar mancanegara yang tengah menjadi hits mulai dari The Rolling Stones,The Hollies, dan banyak lagi.
Selain itu The Rollies telah merintis ke dunia rekaman pada tahun 1967 antara lain mengiringi penyanyi 'Alina Rahman' dalam album yang dirilis oleh Parlophone/EMI Singapura yang membawakan lagu-lagu karya Iwan Krishnawan seperti Cinta Bahagia, Minggu Gembira, Maafkan Daku, Tidurlah Adikku dan Bila hari minggu.
Di tahun ini bergabung pula Bangun Sugito, penyanyi kelahiran Biak 1 November 1946 yang kerap menyanyikan lagu-lagu milik Tom Jones, Enggelbert Humperdinck, hingga Alfian, Gito betul-betul penyanyi yang sopan, jelas Iskandar.
Saat itu,The Rollies mulai menimba pengalaman bermusik dengan bermain secara tetap pada acara Morning Show di bioskop Capitol Singapura. Sepulang dari Singapura The Rollies mulai menambah perangkat alat musiknya. Yang saya ingat,The Rollies membeli drum bermerek Rogers, gitar dan bass merk Fender, kenang Gito (almarmum) di kediamannya di bilangan Rempoa Ciputat, Jakarta Selatan.
Walaupun telah memiliki nama yang popular,The Rollies merasakan sesuatu yang stagnan. 'Kami merasa musik kami kok kurang greget' cerita iskandar mengingat peristiwa yang terjadi di tahun 1968.
Para personil The Rollies saat itu baru saja dan terperangah dan terpesona mendengar album Child is Father to man 'dari kelompok berbasis 'brass section asal New York City,Blood Sweat & tears. ' Kami ingin menambah alat tiup dalam The Rollies ,' ucap Iskandar.
Akhirnya keinginan itu terwujud ketika bersua dengan Benny Likumahuwa (kakak kandung Utha Likumahuwa), peniup Saksofon dari group jazz 'Bandung Cressedo'."Saya memang telah mendengar The Rollies. Karena mereka serius,saya pun bergabung bersama mereka,tukas Benny Likumahuwa.
Tak tanggung-tanggung semua personil The Rollies lalu diajari meniup istrumen tiup. Deddy sutansjah meniup trombone, Delly memegang flute, Gito bermain trompet,Iwan meniup trombon, Iskandar memegang Saksofon, sementara Benny memegang saksofon dan trombon. Dalam setiap pertunjukan, biasanya The Rollies memperlihatkan kepiawaian mereka meniup istrumen brass secara serempak dengan memainkan variations On Theme karya Eric Satic dan Smilling Phase karya kelompok Traffic yang terdapat pada album kedua Blood Sweat & Tears (1969). Dan merebaklah nama The Rollies dalam keharuman.
The Rollies menjadi group papan atas yang disegani penonton Bandung, Jakarta, Medan, dan Malang. Selain Blood Sweat & Tears. Inspirasi musikal the Rollies juga datang dari group brass rock Amerika lainnya, yaitu, Chicago Transit Outhorithy yang baru saja merilis debut album pada tahun 1969 dengan lagu-lagu seperti 'Does Anybody Really Knows What Time is it ? maupun Quetion 67 and 68.
The Rollies kemudian bertolak lagi ke Singapura dengan formasi yang lebih menjanjikan. Saat itu banyak sekali group-group Indonesia yang dikontrak sejumlah klub malam maupun bar di Singapura antara lain, The Steps, Clique Fantastic, Trio Bimbo hingga The Peels.
Sumber: Majalah Rolling Stone.
Dijual Buku Antik dan Langka Sastra Sejarah Dll Dijual Majalah Cetakan Lama
Dijual Buku Pelajaran Lawas
Saya JAY SETIAWAN
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.
Posting Komentar