Bila kita berkaca pada arsitektur tradisional/nusantara, arsitektur sanggup melampaui batas-batas fisik (fungsi arsitektur). Arsitektur juga dipakai sebagai medium bagi makna kehidupan yang lebih luas (nenek moyang kita menitipkan warisan makna di berbagai hal, tidak hanya melalui elemen arsitektur, tetapi juga melalui dongeng/cerita rakyat, lagu daerah, motif ornamen, motif tenun, motif batik, dll). Misalnya dalam tata ruang kampung adat sunda, sampai sekarang wilayahnya terbagi menjadi 3 bagian, yaitu: permukiman, perkebunan, hutan keramat.
Arsitektur tidak hanya tentang tipologi rumahnya (yang juga banyak makna) tetapi juga keseimbangan lingkungan alamnya yang terbukti lestari. Bumi kita akan memiliki keseimbangan alam yang baik bila prinsip ini dipakai pada setiap perencanaan lahan.
Kesederhanaan bentuk dan gaya arsitektur tradisional Sunda, banyak mengacu pada "bentuk atap dan pintu" yang berbeda pada masing-masing bangunan. Bentuk-bentuk bangunan tradisional Sunda yaitu : Suhunan Jolopong (suhunan panjang), Jogo Anjing, Badak Heuay, Parahu Kumereb (Limasan), Julang Ngapak, Buka Palayu, Buka Pongpok.
BENTUK RUMAH BENTUK ATAP JULANG NGAPAK
DI DAERAH WANARAJA GARUT TEMPO DULU 1900
DI DAERAH WANARAJA GARUT TEMPO DULU 1900
Agak sulit menjelaskan dengan saksama bentuk atap julang ngapak. Padahal istilah itu sudah dikenal oleh masyarakat Sunda sejak beberapa waktu lampau. Ir. Maclaine Pont, misalnya mengemukakan tentang bentuk atap pada "Sunda Besar" yang bercirikan bentuk suhunan yang mencuat di kedua ujungnya dan adanya tameng-tameng yang menggantung di depannya (Maclaine Pont,1933 : 166). Bentuk atap demikian dulu banyak dijumpai di daerah Garut, Kuningan, dan tempat lain di Jawa Barat.
BENTUK-BENTUK RUMAH SUNDA KUNO DENGAN ATAP MODEL
JULANG NGAPAK DI DAERAH GARUT TEMPO DULU TAHUN 1900.
Bentuk
atap julang ngapak adalah bentuk atap yang melebar di kedua bidang sisi
bidang atapnya. Jika dilihat dari arah muka rumahnya bentuk atap
demikian menyerupai sayap burung julang (nama sejenis burung) yang
sedang merentang.JULANG NGAPAK DI DAERAH GARUT TEMPO DULU TAHUN 1900.
BENTUK ATAP RUMAH JULANG NGAPAk (RUMAH KIRI)
DI DAERAH TENJOWARINGIN GARUT TAHUN 1930.
Bila diperhatikan dengan saksama, bentuk atap
julang ngapak, memiliki empat buah bidang atap. Dua bidang pertama
merupakan bidang-bidang yang menurun dari arah garis suhunan, dua bidang
lainnya merupakan kelanjutan (atap tambahan) dari bidang-bidang itu
dengan membentuk sudut tumpul pada garis pertemuan antara kedua bidang
atap itu. Bidang atap tambahan dari masing-masing sisi bidang atap itu
nampak lebih landai dari bidang-bidang atap utama. Kedua bidang atap
yang landai ini disebut leang-leang.DI DAERAH TENJOWARINGIN GARUT TAHUN 1930.
RUMAH ADAT SUNDA DI DESA TENJO WARINGIN
DAERAH PERBATASAN ANTARA GARUT-TASIKMALAYA
FOTO DIBUAT TAHUN 1930.
Bentuk jolopong memiliki dua bidang atap. Kedua bidang ini dipisahkan oleh jalur suhunan di tengah bangunan rumah, bahkan jalur suhunan itu sendiri merupakan sisi bersama dari kedua bidang atap yang sebelah menyebelah.Bentuk atap jolopong merupakan bentuk atap yang sederhana dan dari bentuk ini berkembang bentuk-bentuk atap yang lain.
Dijual Majalah Cetakan Lama
Dijual Buku Pelajaran Lawas
Saya JAY SETIAWAN
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.
Posting Komentar