Banyak diantara kita yang mungkin lupa atau tidak mengenal lagi Dara Puspita, band wanita pertama Indonesia asal Surabaya di era 60an. Bahkan sebuah TV swasta menampik untuk menghadirkan kisah Dara Puspita dengan alasan tak ada yang mengenal Dara Puspita sekarang ini. Tentunya ini sangat bertolak belakang dengan antusiaisme orang-orang yang berasal dari Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Jepang, Portugal maupun Australia yang sangat paham dan mengenak sepak terjang musikal Dara Puspita yang terdiri atas Lies AR (gitar,vokal),Titiek AR (gitar,vokal), Titiek Hamzah (bass,vokal) dan Susy Nander (drum).
Sara Schondhardt dalam The Wall Street Journal edisi 25 September 2014 menulis Dara Puspita dengan tajuk “Indonesia’s First All-Girl Rock Band Still Has The Power To Captive” yang antara lain menyebut bahwa Dara Puspita adalah band wanita yang tampil dengan semangat berapi-api penuh daya dan gaya musik gugat.Schondhardt bahkan membandingkan Dara Puspita dengan Pussy Riot ,band punk wanita Rusia yang menawarkan aura feminisme.
Dara Puspita,seperti halnya Koes Bersaudara, juga sempat dicekal dalam rezim Orde Lama Bung Karno yang saat itu bersemangat menggempur budaya Barat dengan idiom Ngak Ngik Ngok.
Antara paruh era 60an hingga awal 70an, sosok Dara Puspita memang kerap jadi perbincangan khalayak.Walaupun sebetulnya Dara Puspita tidak seheroik seperti yang ditulis Sara Schondhardt ,majalah Tempo edisi 9 januari 1972 menjadikan Dara Puspita sebagai sampul dan menulis panjang lebar tentang Dara Puspita yang baru saja kembali dari melanglangbuana ke mancanegara selama tiga tahun antara lain :”Mereka hanya pemain musik,mereka bukan pencipta ,mereka tidak memperjuangkan sesuatu yang khusus”.Pendapat yang ditulis Putu Wijaya itu ada benarnya, tapi kehadiran Dara Puspita sebagai band wanita yang berbalur rock n roll ditengah tengah rezim yang mengharamkan budaya Barat sudah pasti sebuah fenomena menarik,setidaknya bagi orang orang Barat itu sendiri.
Di mata mereka Dara Puspita adalah sebuah keajaiban dari Negara ketiga yang tengah memulai kebangkitan.Ketakjuban mereka terlihat jelas ketika selama seminggu dari tanggal 1 hingga 6 Oktober kemarin di Casa Luna Ubud Bali berlangsung pameran tentang Dara Puspita dengan tajuk Dara Puspita : The Greatest Girl Group That (N)ever Was yang digagas oleh Julien Poulson,orang Australia yang bermukim di Phnom Penh Kamboja.Julien Poulson bahkan berencana ingin membuat album Tribute To Dara Puspita.
Terbetik pula berita bahwa sebuah label rekaman asal Portugal bernama Groovie Record merilis album kompilasi hits Dara Puspita dalam format vinyl secara illegal.Album yang dirilis tanpa izin dari Dara Puspita ini ternyata mendapat sambutan hangat dimancanegara.Di Detroit Michigan AS ada seorang disc jockey yang kerap memutarkan piringan hitam Dara Puspita dihadapan para pengunjung bar. Merekap pun larut dalam hits Dara Puspita Marilah Kemari yang ditulis Titiek Puspa. 4 tahun sebelumnya Alan Bishop dari Sublime Frequencies yang berada di Seattle AS merilis ulang secara resmi kumpulan hits Dara Puspita (1966 -1968) .Album yang berisikan 26 lagu itu bahkan masuk dalam 25 Favorite World Compilations of 2010 yang dipilih situs musik All Music Guide.
Di Australia sendiri muncul sebuah tribute band yang khusus membawakan repertoar Dara Puspita.Band yang bernama 45 ini beberapa waktu lalu menggelar konser di Jakarta.Fakta-fakta ini jelas menunjukkan bahwa Dara Puspita merupakan salah satu pilar bersejarah dalam konstelasi musik popular di Indonesia. Dara Puspita walaupun tak menyuarakan ekspresi politiknya dalam bermusik, tapi dari ragam musik yang mereka mainkan,ekspresi bermusik serta fashion yang mereka kenakan menyiratkan bahwa Dara Puspita bersikap seperti halnya kredo pemusik rock n’roll : anti kemapanan.
Sayangnya,perilaku budaya pop yakni musik serapan – rock and roll dengan rasa Indonesia , yang pernah dimunculkan Dara Puspita pada zamannya seperti raib begitu saja ditelan waktu.Bisa dihitung dengan jari penikmat musik sekarang yang mengenal Dara Puspita.Ketika masyarakat internasional menggunjingkan dan memberikan apresiasi setinggi langit pada Dara Puspita,kita sendiri malah tak tahu menahu dengan keberadaan dan jatidiri Dara Puspita. Ironis. Sumber
Dijual Buku Antik dan Langka Sastra Sejarah Dll Dijual Majalah Cetakan Lama
Dijual Buku Pelajaran Lawas
Saya JAY SETIAWAN
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.
Posting Komentar