Menjelang Gestapu / PM (Gerakan-30-September)
Sistem Demokrasi Terpimpin melihat dunia sebagai dua kutub yang antagonistik yang pertama kekuatan Nefos yang ingin membentuk dunia baru yang revolusioner dan progresif dan yang lain oldefis yang ingin mempertahankan tatanan lama yang opresif dan menjalankan "L'exploitation de Phomme par Thomme. Cara pandang yang bertolak dari teori konflik ini adalah alasan dan sekaligus pembenaran dari politik konfrontasi.
Cara pandang yang menghasilkan politik luar negeri yang radikal ini bukan saja menyebabkan Indonesia semakin tersudut dalam pergaulan politik international, tetapi juga semakin terpuruk ke dalam rangkulan RRC, di bawah Mao Zhe Dong.
Di dalam negeri sikap politik luar negeri ini membuat angin yang leluasa kepada PKI yang pada saat ini telah menjadi bagian dari sistem kekuasaan. Dengan dalih semakin kuatnya kekuatan imperialisme dan neo-kolonialisme (nekolim), PKI menuntut agar dibentuk Angkatan Kelima, yang terdiri atas buruh dan rani yang dipersenjatai.
Tuntutan ini bukan saja merupakan suatu tudingan atas ketidakmampuan ABRI, tetapi adalah pula suatu tantangan. Dalam berbagai kesempatan PKI dan organisasi masanya yang semakin aktif meluaskan pengaruhnya di kalangan masyarakat, secara demonstratif memperlihatkan keakrabannya dengan negara-negara komunis.
Sejak intensitas politik konfrontasi semakin ditingkatkan situasi sosial - politik semakin memanas dan semakin memperlihatkan situasi yang tak menentu. Di belakang setiap usaha yang berwajah integratif sering bersembunyi kekuatan disintegratif yang dahsyat dan tak bisa diduga. Sementara itu situasi ekonomi rakyat semakin parah dan inflasi semakin menggila.
NASAKOM (Nasionalis, Agama dan Komunis) yang dijadikan sebagai tonggak-tonggak persatuan bangsa yang mendukung pelaksanaan Manipol-USDEK, bukan saja mempersatukan dua unsur (komunis dan agama) yang tak bisa dipersatukan, tetapi juga merupakan alat politik yang bersifat eksklusif.
Golongan masyarakat politik yang tak disenangi diperlakukan sebagai "kontrev" (kontra revolusi) dan dituduh sebagai pendukung nekolim atau (kapitalis birokrat).
Undang-undang Agraria dimaksudkan agar terwujud pemerataan yang adil dalam pemakaian dan pemilikan tanah, tetapi dalam realitas malah menjadi dalih bagi pemaksaan berlakunya pembagian atau pencaplokan tanah.
Aksi sepihak yang dilakukan BTI/PKI terjadi dimana-mana. Yang meruak ke atas bukanlah pertentangan kelas, tetapi pembenturan fisik antara petani miskin yang telah dipengaruhi BTI/PKI dengan petani yang kurang miskin yang masih mempunyai sekeping tanah.
Dalam wacana politik dan kegiatan kultural, pola yang sama juga terjadi. Kegelisahan dalam situasi pemikiran kultural yang semakin dimandulkan oleh politik dan suasana indoktrinasi, menyebabkan para seniman menyatakan sikap yang mengingkari politik sebagai satu - satunya landasan kehidupan.
Tetapi Manifes Kebudayaan yang mereka keluarkan dinista PKI sebagai pantulan dari sikap kultural yang Universal humanistis yang tak sesuai dengan tuntutan rakyat, jadi reaksioner dan anti Manipol-USDEK.
Nasib yang sama dialami oleh Barisan Pembela Soekarnoisme (BPS) yang ingin menggali ajaran Soekarno yang otentik yang belum diselewengkan oleh hasrat politik yang partisan. Kedua usaha dalam wilayah pemikiran dan wacana politik ini dianggap PKI sebagai langkah yang ingin menyudutkannya.
PKI berhasil membujuk Presiden Soekarno untuk melarang keduanya. Setiap pendukung Manifes Kebudayaan yang diejek Lembaga Kebudayaan (Lekra)/PKI dengan akronim Manikebu dan BPS dijadikan sebagai pariah politik-jadi ''bukan rakyat”, menurut terminologi komunis-seperti yang telah lebih dulu dialami partai Masyumi dan PSI.
Akhirnya pembersihan terhadap dunia mahasiswa yang dilakukan pula. HMI dipecat dari PPMI yang merupakan forum bersama organisasi mahasiswa ekstra - universiter. Tetapi usaha untuk membubarkan HMI dapat digagalkan.
Situasi semakin memanas. Perpecahan yang selama ini terselubung di belakang nama Pemimpin Besar Revolusi, telah semakin tampil ke permukaan. Maka, entah dimaksud sebagai sebuah ramalan, entah suatu terselubung, seorang tokoh PKI bahwa Indonesia pada waktu itu sedanghamil tua.
Sumber:50 Tahun Indonesia Merdeka
Fifty Years Independence of Indonesia
1945-1965
Dijual Buku Antik dan Langka Sastra Sejarah Dll
Dijual Majalah Cetakan Lama
Dijual Buku Pelajaran Lawas
Saya JAY SETIAWAN
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.
Posting Komentar