40 Tahun Perjalanan Karir Godbless dan Ahmad Albar

Dijual Buku Antik dan Langka



Oleh:Denny Sakri.
Kita kembali ke 39 tahun silam, tepatnya hari selasa 9 juli 1974 ketika Soman Lubis mantan pemain keyboard God Bless yang kuliah di ITB Bandung bertandang ke rumah vokalis God Bless Achmad Albar di Kalibata Jakarta Selatan. Lelaki Tapanuli yang pernah memperkuat The Peels, Sharkmove lagu dan videonya klik disini >> dan God Bless ini ingin melepas kerinduan dengan para personil God Bless terutama drummer Fuad Hasan.Sejak kuliah di Teknik Industri ITB,Soman mengundurkan diri dari God Bless dan posisinya digantikan Debby Nasution dari Young Gipsy. Pertemuan Soman Lubis dengan Achmad Albar,Donny Gagola serta Fuad Hasan Hasan betul-betul menghapus kekangenannya dengan band yang diakuinya membesarkan dirinya sebagai pemusik rock. Seusai makan siang ternyata God Bless ada jadwal latihan di Jalan Pegangsaan Barat 12 Menteng Jakarta Pusat.Tempat itu adalah kediaman keluarga Hasyim Saidi Nasution, ayah dari Nasution Bersaudara : Gauri,Keenan,Oding dan Debby Nasution. God Bless latihan di Pegangsaan karena disitu memang tersedia seperangkat alat band yang komplit dan terlebih lagi Oding Nasution (gitar) dan Debby Nasution (keyboard) adalah anggota God Bless yang menggantikan Ludwig LeMans dan Soman Lubis.

Begitu mendengar God Bless akan latihan di Pegangsaan,Soman Lubis semakin bersemangat.”Eh gua pengen ikut latihan nih, tangan rasanya gatal, udah lama nggak main oregan” celoteh Soman Lubis.Di kediaman Achmad Albar telah siap 4 mobil yang akan membawa mereka ke Pegangsaan, namun Fuad Hasan ngotot untuk naik motor.Camelia Malik,isteri Fuad pun khawatir jika suaminya pergi mengendarai motor, karena Fuad baru saja sembuh dari sakit.Bahkan Fuad sebetulnya malah ingin berboncengan dengan Camelia tapi Fuad malah mengajak Soman Lubis berboncengan motor ke Pegangsaan. Achmad Albar,Donny Gagola serta Camelia Malik berangkat lebih dahulu menggunakan mobil melalui Cawang.Fuad dan Soman naik motor ke arah Pancoran karena harus mengisi bahan bakar. Achmad Albar dan yang lainnya lama menunggu di Pegangsaan untuk latihan,tapi Fuad dan Soman tak kunjung terlihat batang hidungnya.Mereka mulai khawatir dan curiga.Hingga akhirnya dating orang yang mengabarkan bahwa motor Yamaha yang dikendarai Fuad dan Soman baru saja mengalami tabrakan dahsyat dengan sebuah truk besar. Mereka pun segera ke Pancoran, namun baik Fuad maupun Soman sudah tak terlihat di tempat kejadian.Dalam kepanikan mereka mencari info kiri kanan mengenai keberadaan Fuad dan Soman yang naas mengalami kecelakaan lalu lintas. Akhirnya terbetik kabar bahwa Fuad Hasan telah dilarikan ke RS Cipto Mangunkusumo di Salemba, sementara Soman Lubis dibawa ke RS Fatmawati Cilandak.

Donny Gagola bertutur bahwa Fuad Hasan meninggal saat terjadi tabrakan maut.Tubuh Fuad ikut terseret sejauh 23 meter oleh truk.Kepala Fuad berada disela-sela roda truk.”Untuk mengangkat kepalanya terpaksa rambut Fuad yang gondrong harus dipotong dahulu” ujar Donny. Adapun Soman Lubis terpental sekitar 12 meter dan 3 jam kemudian meninggal setelah dibawa ke RS Fatmawati.Pada saat kritis sebelum menghembuskan nafas terakhir, di dada Soman terpampang secarik kertas bertuliskan “Pemain band yang memerlukan darah”. Sesampainya di RS Ciptomangunkusomo,Achmad Albar dan Camelia Malik mendapat kabar dari petugas rumah sakit bahwa Fuad telah berada di kamar mayat.

Kejadian di hari selasa 9 juli 1974 ini sangat tragis dan naas.Musik rock Indonesia kehilangan dua pemusik terbaiknya, Fuad Hassan berpulang dalam usia 32 tahun dan Soman Galangan Gahara Lubis berpulang dalam usia 22 tahun. Majalah Aktuil Bandung lalu menyematkan predikata Pahlwan Musik Pop kepada kedua pemusik berbakat itu.Bahkan dalam majalah Aktuil No.149 edisi Agustus 1974 menempatkan foto Fuad Hasan dan Soman Lubis di kover depan.Berita tentang berpulangnya Fuad dan Soman ditulis sebanyak 9 halaman. Saat itu saya masih duduk di kelas 5 SD, membaca sampai habis seluruh tulisan yang ditampilkan majalah Aktuil dengan seksama. Meskipun saya yang masih kecil belum pernah nonton konser God Bless sekalipun tapi saya merasa sangat kehilangan dua tokoh musik rock penuh bakat ini.

Dari majalah milik paman saya itu saya mengetahui sepak terjang Fuad Hassan yang luar biasa dalam kancah musik. Fuad Hasan adalah salah satu drummer terbaik Indonesia mulai dari era 60an hingga 70an. Musik yang dimainkanya pun beragam mulai dari pop hingga rock.Pemusik turunan Arab ini juga dikenal sebagai penggemar sepakbola.Mulai bermain drum saat bergabung dengan band Pandawa di tahun 1962 atas ajak Amin Ivo .Setahun berselang Zaenal Arifin mengajak Fuad ikut bergabung dalam Zaenal Combo dan menjadi band pengiring dalam berbagai rekaman maupun tampil di pentas pentas pertunjukan.Di tahun 1964 bassist Dimas Wahab mengajak Fuad bergabung dalam band Medenaz yang antara lain mengiringi penyanyi pop Ernie Djohan dan Liesda Djohan di album rekaman. Tahun 1965 Fuad bergabung bersama May Sumarna dan Imran dalam band Diselina.Band ini merupakan cikal bakal dari The Steps kelak. Tahun 1966 hingga 1968 kembali Dimas Wahab mengajak Fuad Hasan menjadi drummer dalam The Pro’s, band yang dibentuk Dimas dan didukung oleh Pertamina.Bersama The Pro’s Fuad ikut mengiringi Bob Tutupoly dan Broery Marantika di bilik rekaman.Tahun 1968 Fuad Hasan bertolak ke Eropah, ketika bermukim di Italia Fuad sempat menjadi drummer band Black Bird.

Tahun 1971 Fuad Hasan kembali ke Jakarta dan nongkrong di rumah Keenan Nasution di Jalan Pegangsaan Barat 12 A Menteng Jakarta Pusat.Saat itu Fuad sering ikutan bermain bersama Gipsy Band. Bahkan kerapkali Gipsy tampil dengan dua drummer yaitu Fuad Hasan dan Keenan Nasution. Di tahun 1971 Fuad membentuk Abstract Club Band dan mengajak penyanyi jazz Margie Segers sebagai vokalis utama.Di album Abstract Club Band yang dirilis Remaco ini, Fuad tak hanya bermain drum tapi menulis beberapa komposisi lagu seperti Manisku,Angin Selatan ,Pantai Sanur,Malam Sunyi.Fuad pun menulis lagu bersama Margie Segers bertajuk That’s Life. Tahun 1973 Achmad Albar yang baru kembali dari Belanda mengajak Fuad bergabung dalam God Bless, grup rock yang terdiri atas Achmad Albar (vokal),Donny Gagola (bass),Yockie (keyboard) dan Ludwig LeMans.Di tahun 1973 Deddy Dorres mengajak Fuad Hasan mendukung band The Road yang terdiri atas Donny Gagola dan Ludwig LeMans.The Road sempat rilis satu album bertajuk “Tinggal Kenangan” di tahun 1973 pada label Purnama Record.

Soman Lubis sejak kecil telah memperlihatkan bakat musik yang cemerlang.Saat SD membentuk band bocah bernama The Quizet.Di tahun 1967 bersama Buce Garna,Deddy Garna dan Gumilang membentuk The Peels yang kemudian merekam album di Singapore.The Peels antara tahun 1969-1970 dikontrak bermain di Singapore.Tahun 1973 The Peels membubarkan diri.lalu Benny Soebardja kembali mengajak Soman Lubis bergabung dalam Sharmove yang menghasilkan album “Gedechokra’s” (1973) yang kemudian di rilis ulang oleh Shadoks Record Jerman pada tahun 2007 lalu. Di tahun 1973 Achmad Albar yang sempat mengintip permainan keyboard Soman Lubis lalu merekrutnya bergabung di God Bless menggantikan posisi Deddy Dorres.

Mei 2013 lalu kelompok rock God Bless genap berusia 40 tahun.Ini dihitung ketika God Bless yang saat itu didukung Achmad Albar (vokalis utama),Ludwig Loetje LeMans (gitar),Donny Gagola (bass),Yockie Surjoprajogo (keyboard) dan almarhum Fuad Hasan (drums) pertamakali naik panggung di Taman Ismail Marzuki Cikini Jakarta Pusat pada tanggal 5 mei 1973.Meski tanpa satu pun lagu karya cipta sendiri, God Bless mendapat applause luar biasa dari sejumlah anak muda Jakarta yang menyaksikan konser band rock.

Sejak bertahtanya rezim Orde Baru pada akhir era 60an,katup pelarangan musik Barat yang selama ini tertutup rapat sejak era rezim Orde Lama lalu terbuka lebar.Kredo rock mulai lasak merengsek ke permukaan.Terlebih lagi ketika  kabar dari barat tentang menggelegaknya budaya pop dengan gongnya berupa penyelenggaraan Woodstock di Amerika Serikat,mulai memunculkan embrio di Indonesia.Berbekal dengan menyimak siaran radio luar negeri seperti VOA Amerika atau ABC Australia,anak-anak muda khatulistiwa mulai terpicu untuk meniru pola tingkah anak muda Barat yang mengunggulkan budaya rock n’roll dan hippies tentunya.Tiru meniru dalam dunia seni itu lumrah,begitu juga terhadap dalam perkembangan jiwa anak muda dalam sudut pandang psikologi.

Di awal tahun 1973,Achmad Albar yang sejak meletusnya Gerakan 30 September 1965  PKI bermukim di Belanda, kembali mudik ke tanah air.Lewat berbagai media hiburan diantaranya majalah Aktuil Bandung,kabar dan ikhwal sosok Achmad Albar kerap ditulis.Penggemar musik Indonesia pun sudah khatam perihal Achmad Albar yang sejak paruh era 60an tergabung dalam berbagai band di Belanda mulai dari Take 5 hingga Clover Leaf.

Kepulangan Achmad Albar ke Jakarta saat itu sebetulnya untuk berlibur.Albar tiba di Jakarta bersama gitaris Indo Belanda Ludwig Loetje LeMans yang tergabung dalam Clover Leaf bersama Achmad Albar.Albar yang sejak tahun 1958 telah muncul di layar lebar lewat film anak-anak Djenderal Kantjil,terperanjat melihat scene rock di Jakarta.banyak band-band berlabel rock yang muncul dalam pelbagai pertunjukan.Kekaguman Albar bahkan berubah menjadi keinginan untuk ikut terjun juga menceburkan diri dalam gugus musik Indonesia yang terlihat euphoria.Semangat Albar untuk ngeband di Indonesia kian menggebu saat bertemu sahabat lama Fuad Hasan, salah satu drummer terbaik Indonesia yang tercatat banyak mendukung berbagai band era 60an hingga awal 70an seperti Medenaz,Zainal Combo hingga The Pro’s.

Achmad Albar merasa Fuad Hasan adalah orang yang tepat jika keinginannya membentuk band rock terwujud. Ludwig LeMans  merasa sumringah ketika Achmad Albar mengutarakan niat untuk membentuk sebuah band rock di Jakarta.Fuad Hasan lalu memperkenalkan bassist Donny Gagola yang saat itu telah memperkuat beberapa band rock mulai dari Equator Child hingga Fancy Junior.Donny kemudian membawa Yockie Surjoprajogo pemain keyboard yang juga telah memiliki jam terbang tinggi.

Ludwig awalnya mengusulkan nama The Balls sebagai jatidiri band yang mereka bentuk.Tapi kemudian Albar memberikan ide nama The Road.Namun nama ini tak disepakati.Kelak nama The Road dipakai oleh Deddy Dorres sebagai band rekaman bersama Fuad Hasan,Ludwig LeMans dan Donny Gagola.Setelah itu muncul gagasan memakai nama The God.Nama yang berkesan agung dan sakral ini pun urung dipakai.Mereka sepakat nama The God tak layak untuk sebuah band rock yang cenderung hedonistik.Sempat pula mereka menggunakan nama Crazy Wheels, karena kedekatan personil God Bless dengan komunitas pembalap diantaranya Derek Mandradi.Hingga akhirnya Albar dan Donny melihat sebuah kalimat ucapan pada kartu Natal : May God Bless You.

Spontan mereka kemudian memilih kata God Bless sebagai nama band rock yang telah siap manggung secara professional itu.Nama God Bless itulah yang kemudian dipergunakan sebagai jatidiri hingga sekarang ini,saat God Bless memasuki usia ke 40.

God Bless sendiri mendapat aplaus luar biasa saat tampil bersama 17 band lainnya dalam acara yang meniru Woodstock’69 yaitu Summer’28 yang digelar di Ragunan Pasar Minggu pada tanggal 16 Agustus 1973.God Bless menjadi perbincangan media hiburan.Sosok Achmad Albar muncul di sampul majalah ternama mulai dari majalah musik Aktuil Bandung hingga majalah berita Tempo Jakarta.

Rupanya nama God Bless justeru membawa tuah.Band ini ternyata berusia panjang.Bukan itu saja, hingga detik ini God Bless masih terus manggung dan masih aktif menulis lagu-lagu baru.Tahun 2007 silam God Bless merilis album bertajuk 36 yang diproduksi Nagaswara.God Bless bagaikan highlander yang tak pernah menua.Mereka seolah immortal, ketika sebagian band seangkatan mereka atau jauh sebelum mereka muncul,telah lama pension dari hiruk pikuk musik rock. Saya rasa pilihan nama God Bless sebagai identitas band merupakan adalah tepat.Secara harafiah God Bless bermakna diberkati Tuhan.Dan God Bless pada akhirnya memang memperoleh berkat dari Tuhan.God bless God Bless.

Selama 40 tahun God Bless mengalami pasang surut yang luar biasa terutama adalah proses gonta ganti personil yang telah berlangsung sejak tahun 1974. Dalam catatan saya,God Bless telah dimasuki begitu banyak pemusik rock mumpuni, mulai dari Deddy Dorres,Yockie Surjoprajogo,Soman Lubis,Fuad Hasan,Debby Nasution,Keenan Nasution,Oding Nasution,Abadi Soesman,Teddy Sujaya,Rudy Gagola,Yaya Moektio,Gilang Ramadhan, Dodo Zakaria hingga Eet Sjahranie.

Romantika anak band memang senantiasa sarat dengan riak gelombang.Menyatukan ego dan selera pemusik yang sudah pasti tak sama dalam sebuah band adalah pekerjaan yang berat.Belum lagi tetek bengek lainnya yang kerap berwujud krusial mulai dari konsepsi hingga persepsi bermusik.

Lihatlah band band sekarang yang usianya hanya seumur jagung.Ketika stardom mulai menghampiri anak band,biasanya mulai ada yang berubah dalam silaturahmi antar mereka.Mulai muncul persaingan yang terkadang tidak sehat hingga akhirnya merapuhkan kredo kekompakan serta skala prioritas dalam menjalankan keutuhan sebuah wadah band.

Kurun waktu 40 tahun bagi God Bless bukan sekedar pencapaian angka saja,tapi  juga tentang sebuah hasil bagaimana memintal dan menganyam kesepakatan dalam ketidaksepakatan sekalipun.

Dinamika dalam tubuh God Bless jelas penuh bara.Tapi yang menarik,adalah bagaimana mereka menjaga bara itu dalam intensitas yang tak sampai menghanguskan keberadaan mereka sebagai sebuah band dengan kerangka yang solid.Achmad Albar sebagai tokoh sentral dalam God Bless saya rasa adalah tipe pemimpin yang mampu berperan sebagai nakhoda bahtera yang terampil menjaga keseimbangan.Menjaga keseimbangan disaat bahtera oleng diterpa badai,termasuk menjaga keseimbangan ketika bahtera melaju di samudera yang tak menggelegak.Kemudi itu tampaknya dijaga keseimbangannya oleh Achmad Albar yang sejak tahun 1973 hingga sekarang tak pernah sekalipun mundur sebagai frontman God Bless.Sehingga akhirnya kita bias mahfum bahwa God Bless adalah Achmad Albar,dan Achmad Albar adalah God Bless.Tak jauh berbeda jika kita analogikan dengan The Rolling Stones yang telah berusia 50 tahun lebih itu,The Rolling Stones adalah Mick Jagger, begitu pula sebaliknya, Mick Jagger adalah The Rolling Stones.

Di usia ke 40.God Bless tak pernah berhenti mendentamkan musik rock.Mereka tetap laju,berpacu berhadapan dengan perubahan tren musik. Tuhan masih tetap memberkati God Bless.God bless God Bless !!!
Dijual Buku Antik dan Langka Sastra Sejarah Dll
Dijual Majalah Cetakan Lama
Dijual Buku Pelajaran Lawas

Postingan terkait

Saya JAY SETIAWAN
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.

40 Tahun Perjalanan Karir Godbless dan Ahmad Albar

Posting Komentar