Bagian muka dari rumah Tongkonan disebut Tingo banua, yaitu tempat orang mengadakan upacara |
Rumah Toraja
Menurut sejarah rumah Toraja berkembang dari bentuk yang paling sederhana hingga kini orang mengenal mengenal bentuk rumah adat keluarga cukup kompeks, yaitu Tongkonan.
Bentuk rumah pertama yang dikenal yaitu Banua Pandoko Denan yang terbuat dari daun-daun dan didirikan di atas pohon.
Kemudian dikenal Banua Lentong Apa yaitu rumah dengan empat tiang, atap dan dinding dari duan-daun dan rumput-rumput.
Bentuk berikutnya adalah Banua Tamben, yang didirikan di atas puncak-puncak gunung, potongan kayunya disusun berselang seling sehingga membentuk kubu segi empat. Banua Tamben adalah bentuk bangunan yang pertama kali menguasai Toraja.
Kini dikenal rumah adat keluarga yang disebut Tongkonan, yang oleh dunia luar disebut rumah adat Toraja. Bagian depan dan belakang bangunan ini menjulang yang dalam perkembangannya kemudian diberi ukiran lambang dari kehidupan Toraja.
Tongkonan harus menghadap ke utara, sedangkan pintu hanya ada dibagian depan saja. Hal ini sebenarnya erat hubungannya dengan kepercayaan akan adanya empat penjuru di dalam bumi dan langit ini, yang semuanya mempunyai fungsi dan peranannya sendiri-sendiri. Bagian utaralah yang dianggap sebagai bagian yang paling mulia.
Bagian muka dari Tongkonan disebut Tingo banua yaitu tempat orang mengadakan upacara. Bagian timur, Matah Banua,dianggap sebagai sumber dari kehidupan, yang juga dipergunakan sebagai tempat melahirkan. Salah satu upacara dalam rite kehidupan, mengharuskan anak laki-laki turun dari bagian timur rumah ini. Bagian barat disebut Matampu, yakni tempat menyelenggarakan upacara kematian. Bagian belakang rumah disebut Pollo Banua sebagai tempat melepaskan segala najis.
Tongkonan masih mengenai juga ukiran-ukiran, yaitu Pa'barre Allo, diletakkan di depan dan bagian paling atas dari Tongkonan, Pa barre Allo berbentuk lingkaran yang meng gambarkan matahari dan bulan, lambang dari sumber kehidupan dan keyakinan.
Ukiran lain adalah Pa' Manuk Londong, berbentuk ayam jantan, lambang dari aturan-aturan hukum. Hiasan ini diletakkan di atas Pa' barre Allo. Pa' Tedong ialah gambar kepala kerbau, lambang kehidupan dan kemakmuran (lihat photo bawah), yang diletakkan di tempat memasang dinding. Pa' sussuk merupakan jalur-jalur lurus, lambang dari masyarakat yang demokratis, diletakkan di dinding-dinding bangunan. Sumber: Kapita Selekta Manifestasi Budaya Indonesia PT. Alumni Bandung 1980. Dijual Buku Antik dan Langka Sastra Sejarah Dll
Dijual Majalah Cetakan Lama
Dijual Buku Pelajaran Lawas
Saya JAY SETIAWAN
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.
Posting Komentar