Belanda Yang Mencintai Budaya Sunda

Dijual Buku Antik dan Langka



Monumen KF. Holle di Alun - Alun Garut tahun 1925 


Keluarga Perkebunan Priangan yang berjiwa petualang, memilih hidup di daerah pedalaman,di lereng-lereng pegunungan, jauh tersingkir dari pergaulan hidup masyarakat Eropa yang tinggal di kota. Mereka jadi lebih akrab bergaul dengan bangsa pribumi, para kuli perkebunan, ketimbang bergaul dengan bangsanya sendiri.

Waktu luang mereka, dihabiskan untuk mendalami kebudayaan orang-orang pribumi. Menyelidiki pesona indah alam Hindia-Belanda. Menelusuri sejarah masa lalu Hindia-Belanda. Mempelajari bahasa dan adat- istiadat orang pribumi. Lewat catatan dari hasil telaah penyelidikan mereka. Kemudian orang bisa banyak mengetahui sejarah keadaan masa lalu.

Keluarga de Holles sempat melahirkan pribadi-pribadi yang menaruh perhatian dengan minat besar terhadap sejarah, adat kebudayaan, dan bahasa orang-orang pribumi di Priangan-Jawa Barat.

Karel Frederik Holle, anak sulung dari 5 laki-laki bersaudara dari keluarga Holle, semula adalah pegawai dengan pangkat Komis di Kantor Keresidenan Priangan di Cianjur, sebagai seorang Ambtenaar di Priangan, ia benar-benar menyelami kehidupan rakyat Priangan. Begitu fasihnya dia menggunakan Bahasa Sunda, sehingga teman-temannya mengatakan: 

"Hij sprak het soendaneese als een soendaneese" Dia berbicara bahasa Sunda seperti layaknya orang Sunda.


Tahun 1857 Karel Frederik Holle ditunjuk oleh Kolonial Belanda sebagai Tuan Kuasa dari Perkebunan Teh di Cikajang, dikaki Gunung Cikuray, Garut (Priangan Timur).

Adik KF. Holle yang bernama Herman Hendrik Holle tak kurang seriusnya menelaah Kebudayaan Sunda. Herman Holle yang sehari-hari memakai sarung dan baju kampret (kemeja khas orang Sunda tempo dulu), dengan peci kesempitan yang bertengger di atas kepalanya, sering ditemui orang sedang klengsoran di lantai Pendopo Kabupaten Sumedang, sambil menggesek alat musik rebab untuk mendalami musik karawitan Sunda. Saking tergila-gilanya ia terhadap alat musik gamelan, hingga terkadang ia lupa untuk beristirahat dan memainkan istrumen dari pukul 8 pagi, hingga larut malam. *** Sumber: Wajah Bandoeng Tempo Doeloe 1984 - Haryoto Kunto


Dijual Buku Antik dan Langka Sastra Sejarah Dll
Dijual Majalah Cetakan Lama
Dijual Buku Pelajaran Lawas

Postingan terkait

Saya JAY SETIAWAN
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.

Belanda Yang Mencintai Budaya Sunda

Posting Komentar