Si Gombar Locomotif seri DD |
Ada beberapa faktor penyebab yang telah mempercepat kebangkitan Kota Bandung jaman baheula (tempo dulu).
Sebagaimana telah disinggung di depan, pembukaan daerah perkebunan di wilayah Priangan, adalah salah satu faktor pendorong pertumbuhan Kota Bandung.
Tidak kurang pentingnya sebagai faktor akselerasi, adalah pemasangan rel kereta api dari Batavia ke Bandung, lewat Bogor dan Cianjur yang diresmikan pada tanggal 17 Mei 1884, sudah lebih dari seabad.
Pada tahap berikutnya, hubungan kereta api dilanjutkan menuju Cilacap dan kemudian ke Surabaya lewat Yogyakarta.
Pada masa lalu, perjalanan dengan menggunakan kereta api dari Batavia ke Surabaya, harus lewat Kota Bandung.
Karena jalur rel kereta api lewat pesisir jalur utara Pulau Jawa yang menyinggahi Kota Cirebon dan Semarang belum ada Jalur kereta api lewat selatan lebih dulu dibangun dan pada jalur lewat utara.
Hal itu jelas tercermin dalam lirik lagu anak-anak di atas. Lirik lagu itu menyatakan ke Bandung dulu, baru kemudian ke Surabaya. Lirik lagu tersebut tidak berbunyi ke Semarang belum ada - Surabaya, sebab jalur K.A. memang belum lewat sana.
Agaknya lagu Naik Kereta Api pada awal mulanya dinyanyikan oleh anak-anak di Jakarta tempo dulu (Batavia).
Yang jelas ngibul pada dalam lirik lagu tadi adalah : Bolehlah naik dengan percuma. Mana mungkin, orang masuk stasion saja musti bayar peron.
Kalau kita sampai kebandang kereta tanpa sengaja, asalkan mengantongi karcis peron, paling juga harus membayar supplitie (tambahan). Namun di stasion pemberhentian yang pertama kita turunkan dari kereta.
Tanpa kereta peron disaku, dalam peristiwa semacam itu, dijaman baheula (dulu-Sunda) yang tertib dan keras menjalankan hukum, anda pasti bakal berhadapan dengan hamba wet. Repot jadinya. Kalau jaman sekarang, petugas bisa dibentak penumpang.
Kedatangan kereta api kewilayah pegunungan priangan, merupakan atraksi yang mencengakan bagi penduduk, terutama bagi orang udik. Sampai tahun 1930'an, masih banyak kita saksikan orang gunung yang turun ke Bandung, berbekal nasi timbel atau timbel (lontong/leupeut/uras) gorengan, cuma mau nonton lokomotif yang mereka beri julukan Si Gombar.
SI GOMBAR
adalah lokomotif jalur pegunungan (Bergijn Locomotief) yang modern dari seri nomer " D.D. Yang berarti 8 buah roda besar di depan, berpasangan empat-empat (D.D.). Si Gombar buatan pabrik tahun 1924, memang ideal sekali untuk melalap tanjakan-tanjakan berat wilayah pegunungan Priangan, sambil mengangkut hasil perkebunan.
Jarang sekali orang mengungkapan dampak dari kedatangan jalur kereta api ke Bandung. Bagaimana pengaruhnya terhadap perkembangan kota. Dan lebih penting bagi apa peranan alat transpor kereta api dalam menunjang perkembangan ekonomi Kota Bandung dan wilayah Priangan pada umumnya.
Tatkala jalur kereta api yang menghubungkan Batavia-Surabaya cuma ada satu lintasan lewat selatan Pulau Jawa, maka Kota Bandung merupakan tempat stop over, alih kereta buat para penumpang.
Dari Jakarta ke Bandung ada empat formasi kereta dalam sehari, yang dinamakan Vlugge Vier (Empat Cepat..!), yang mulai diadakan pada tanggal 1 November 1934, Empat formasi kereta api Batavia-Bandung ini menjalani jalur baru lewat Cikampek-Purwakarta yang ditempuh persis tepat dalam 21 jam.
Itulah sebabnya,dengan rasa bangga, Perusahaan kereta Api Negara ( Staats Spoorwagon/S.S.) memasang iklan segede gaah di koran pada waktu itu dengan teks : TENTJDE VAN G.G. DAENDELS, reisde men met snellepospaarden van Bandoeng naar Batavia IN 2 3/4 DAG, THAN met ' DEVLUGGE 4'IN 2 3/4 UUR..!!.
Artinya : " Pada jaman Gubernur Jenderal Daendels, orang melakukan perjalanan dengan Kereta Pos tercepat dari Bandung ke Jakarta,makan waktu 2 3/4 hari. Sekarang dengan Empat Cepat cuma dengan 2 3/4 jam..!!" Iklan ditutup dengan Empat motto : " Staat Spoor Steed Sneller " ( 4S). Artinya : Kereta Api Negara Selalu Lebih Cepat, Maart 1935).
Mungkin kalau sekarang motto tadi berbunyi : " PJKA Selalu Cepat". Apa iya ?
Adapun hubungan masih jadi tempat alih kereta Api Bandung-Surabaya jaman baheula, ada dua formasi kereta expres. Yaitu, satu formasi kereta ekspres Malam atau biasa disebut " Nacht Trein " dan yang satu lagi adalah ekspres Siang yang menempuh Bandung-Surabaya dalam sehari. Makanya Kereta Ekspres Siang ini dinamakan " eendagshce (sehari perjalanan).
Tatkala Bandung masih jadi tempat (stop over) buat penumpang perjalanan Batavia-Surabaya banyak manfaat dan keuntungan yang diperoleh warga Kota Bandung.
Para penumpang kereta api yang kelelahan di perjalanan, memerlukan penginapan dan makan enak tentu saja.
Maka pada tahun-tahun "belasan" itulah,tumbuh seperti jamur di musim hujan, hotel,losmen dan rumah penginapan murah disekitar Stasion Bandung. Antara lain di Jl.Gardujati, Jl.Kebonkawung, belakang Pasar, Gg. Suniaraja, Jl.Pasar Baru dsb. Inklusip daerah " lampu merah " (WTS) di selatan setasion.
Hotel yang agak lumayan sekitar Stasion Bandung tempo doeloe antara lain: "Hotel Andreas" di depan Stasion K.A. dan " Grand National Hotel " (Kantor Pusat PJKA sekarang) yang khusus diperuntukan bagi penggede Belanda.
Dampak lainnya yang tidak kurang membawa keuntungan kepada masyarakat Kota Bandung tempo dulu, adalah makin banyaknya restaurant, rumah makan,warung nasi,Toko P&D dan jenis perdagangan lainnya. Memang sebenarnyalah Kota Bandung pada masa sebelum Perang Duni II terkenal sebagai kota yang paling banyak memiliki Rumah Makan.
Sumber : Wajah Bandung tempo Dulu.Haryoto Kunto.1984.
Dijual Majalah Cetakan Lama
Dijual Buku Pelajaran Lawas
Saya JAY SETIAWAN
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.
Posting Komentar