Tempat tinggal KRL Bosscha di tengah perkebunan teh
Malabar Pangalengan foto dibuat tahun 1928
Malabar Pangalengan foto dibuat tahun 1928
Itu merupakan salah satu cerita yang paling dikenang Mak Onah (85), seorang penghuni perkebunan Malabar. Menurut cerita yang didengar dari sanak saudaranya, ketika Bosscha meninggal dunia, raja teh itu diantar ribuan warga. Iring-iringan lebih dari 5 kilometer. Semua baik orang Eropa maupun Pribumi, merasa kehilangan administratur yang bersahaja itu.
Semasa hidupnya, Tuan Bosscha memang tidak seperti orang Belanda kebanyakan ketika itu. Meski menjabat sebagai administratur perkebunan, sikap rendah hati membuatnya dicintai para pekerja. katanya.
Bosscha juga memperhatikan kesejahteraan Pribumi, dari masyarakat pekerja teh Malabar hingga warga di Kota Bandung. Sumbangsihnya antara lain pabrik teh di Malabar, Institut Teknologi Bandung, Gedung Merdeka, dan peneropongan bintang di Lembang.
Meski begitu, Tuan Bosscha paling senang tinggal di perkebunan teh Malabar. Ia sering datang ke sini untuk beristirahat memandang hamparan kebun teh dari puncak tertinggi Malabar, Gunung Nini. Bahkan menjelang wafatnya, Tuan Bosscha memilih beristirahat selamanya di Malabar. Kata Mak Onah.
Jejak sejarah Malabar pun bergulir di perkebunan yang berada di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, sekitar 53 Kilometer dari kota Bandung. Sempat berubah menjadi kebun jagung, ubi, dan sayur di zaman Jepang, hingga kini kepemilikan dikelola Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII. Luas areal perkebunan Malabar tahun 2004 adalah 2.022,11 hektar. Areal tanaman yang dihasilkan sebanyak 1.318,26 hektar.
Wisata Alam
Tidak sekedar cerita, jejak Bosscha masih tertinggal di Malabar. Hal itu ternyata menarik banyak kalangan menelusuri jejaknya di Malabar. Salah satu yang paling dekat dengan Bosscha adalah rumah peristirahatan pribadi yang dibangun bersamaan dengan kebun teh Di dalama rumah yang dilengkapi ruang bawah tanah ini, Bosscha sering menghabiskan waktu.
Jejak lain bisa dilihat pada bumi hideung (rumah hitam). Rumah dari bilik berlapis aspal ini diperuntukan bagi pionir pekerja teh pertama. Kini rumah ini ditempati Mak Onah bersama anaknya.
Sementara itu, Gunung Nini menjadi tempat bagi Bosscha untuk melihat hamparan kebun teh. Namun, sangat disayangkan, kini keasliannya sedikit tergores. Dipuncak Nini berdiri menara telepon yang cukup mengganggu keasrian tempat itu.
Bumi hideung bukanlah satu-satunya bentuk perhatian Bosscha kepada pekerja. Dia juga membangun pasar dan sekolah dasar yang bangunannya masih berdiri ditengah hamparan kebun teh. Oleh Cornelius Helmy
Dijual Buku Antik dan Langka Sastra Sejarah Dll
Dijual Majalah Cetakan Lama
Dijual Buku Pelajaran Lawas
Saya JAY SETIAWAN
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.
Posting Komentar