Presiden Sukarno dan Musik Indonesia

Dijual Buku Antik dan Langka


Sukarno dan Fatmawati 




Oleh : Denny Sakri.
Sejak Oktober 1959 siaran Radio Republik Indonesia (RRI) ditegaskan untuk tidak lagi memutar atau memperdengarkan lagu-lagu rock and roll, cha cha, tango hingga mambo yang dinamakan musik ngak ngik ngok oleh presiden Sukarno. Manifesto Presiden Soekarno dan program acara RRI sebetulnya memperlihatkan sikap anti Barat terutama budaya Barat yang muncul dari lagu - lagu Barat. 

Namun dengan adanya larangan senacam ini justru memecut kreativitas para seniman musik kita. Lihatlah bagaimana penyanyi Oslan Husein dengan iringan Orkes Teruna Ria yang dipimpin gitaris Zaenal Arifin  membawakan lagu Bengawan Solo karya Gesang dengan gaya bernyanyi ala Elvis Presley. Kejadian ini berlangsung di penghujung era 50an.

Disisi lain Presiden Soekarno tak hanya sekedar melarang memainkan musik-musik Barat,tetapi memberikan teladan dengan menggali budaya bangsa. Saat itu untuk menggantikan budaya dansa-dansi yang kerap berlangsung di berbagai Ballroom atau Klab, Bung Karno menggagas munculnya Irama Lenso yang digali dari khazanah seni budaya Maluku. Irama Lenso adalah semacam tarian pergaulan tradisional yang bermuasal dari Ambon Maluku.

Lenso adalah saputangan dalam bahasa Maluku. Dalam melakukan gerakan tari dengan iringan ritme musik bertempo medium, setiap orang memegag saputangan dalam genggaman. Tiga seniman musik Indonesia yaitu Jack Lemmers (kelak namanya berganti menjadi Jack Lesmana), Idris Sardi dan Bing Slamet diundang Bung Karno untuk menggali Irama Lenso. 

Bung Karno sendiri ikut terlibat dalam penggarapan lagu dalam irama Lenso tersebut. Satu diantaranya adalah lagu Bersuka Ria, yang merupakan galian Bung Karno dari khazanah musik daerah. Lagu Bersuka Ria ini kemudian dinyanyikan oleh Rita Zaharah, Nien Lesmana, Bing Slamet dan Titiek Puspa dalam album kompilasi bertajuk Mari Bersuka Ria Dengan Irama Lenso  pada label Irama yang dirilis pada tanggal 14 April 1965. 

Lagu-lagu yang terdapat di album ini memang sangat bernuansa Indonesia, mulai dari 3 lagu rakyat seperti Soleram,Burung Kakatua dan Gelang Sipaku Gelang, juga ada Bengawan Solo karya Gesang,Euis karya Trihanto, Malam Bainai karya Karim Nun dan Gendjer Gendjer karya Muhammad Arif. Lagu yang terakhir disebut ini kemudian menjadi kontroversi politik saat berlangsungnya Gerakan 30 September 1965 oleh Partai Komunis.

Bung Karno lalu membawa sejumlah seniman musik dalam lawatannya ke Eropa dan Amerika Serikat antara tahun 1964-1965. Sederet pemusik ternama akhirnya disatukan dalam proyek yang diberinama The Lensoist. Mereka terdiri atas para penyanyi  mulai dari Bing Slamet, Titiek Puspa, Nien Lesmana hingga Munif A Bahasuan  serta sederet pemusik seperti Idris Sardi (biola), Jack Lesmana (gitar), Bubi Chen (piano), Darmono (vibraphone), Loddy Item (gitar), Maskan (bass) dan Benny Mustafa (drums).
Dijual Buku Antik dan Langka Sastra Sejarah Dll
Dijual Majalah Cetakan Lama
Dijual Buku Pelajaran Lawas

Postingan terkait

Saya JAY SETIAWAN
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.

Presiden Sukarno dan Musik Indonesia

Posting Komentar