Bale Pawulangan Pasundan
Tujuan Bale Pawulangan Pasundan adalah: (1) melahirkan bangsa yang utama dan berbudi pekerti luhur; (2) menjunjung taraf kehidupan rakyat dengan jalan memberi kesempatan secara luas untuk mendapat pendidikan dan pengajaran yang baik bagi orang-orang yang berhasrat menyekolahkan anak-anaknya ; dan (3) membendung masuknya kebudayaan Barat dan mempertebal rasa Kesundaan, dan rasa kebangsaan Indonesia pada umumnya.
Untuk mencapai tujuan Bale Pawulangan Pasundan khususnya dan Paguyuban Pasundan pada umumnya maka badan menitikberatkan kegiatannya pada pendidikan/pem-bangunan sekolah-sekolah. Hal itu dilakukan dengan mengingat, pertama sekolah-sekolah yang didirikan pemerintah dan badan swasta sangat kurang (tidak mencukupi kebutuhan masyarakat) dan tidak memberi kesempatan kepada rakyat biasa untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Kedua, jumlah penduduk termasuk anak-anak usia sekolah yang buta huruf, terutama di desa-desa masih sangat banyak.
Namun demikian hasrat untuk bersekolah di kalangan masyarakat pada waktu itu (1920-an) telah berkembang luas, hanya mereka merasa susah untuk mencari sekolah. Hal itu pernah dikemukakan oleh anggota Volksraad (Dewan Rakyat) wakil Paguyuban Pasundan dalam suatu sidang dewan tersebut. Isi usulan itu adalah "bahwa pengajaran di Indonesia, sebagai makanan mental untuk masyarakat pada dasarnya tidak lain daripada makanan yang menimbulkan kelaparan pada rakyat di Indonesia." Faktor ketiga ialah bahwa program sekolah-sekolah peme rintah hampir 100 persen melaksanakan program sekolah Belanda sehingga menutup kemungkinan bagi masyarakat Pasundan khususnya, masyarakat Indonesia umumnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan sendiri.
Atas dasar itu pada tahun 1924 Bale Pawulangan Pasundan giat mendirikan berbagai macam sekolah yang diawali dengan pembukaan HIS bersubsidi di Tasikmalaya. Enam tahun kemudian (1930) didirikan MULO bersubsidi, juga di Tasikmalaya. Sejak itu Bale Pawulangan Pasundan giat mendirikan berbagai macam sekolah swasta (Sekolah Pasundan) di Jawa Barat. Kurikulum pada sekolah-sekolah Pasundan terdiri dari pengetahuan umum, bahasa Sunda, bahasa Belanda, pendidikan agama, kesenian Sunda (di antaranya pencak silat,)dan pengetahuan lain-lain yang pada dasar-nya sama dengan pelajaran yang diberikan pada sekolah-sekolah pemerintah yang sederajat.
Dengan kurikulum itu anak didik diharapkan dapat menyadari dan menghargai nilai kebudayaan Sunda. Perlu dikemukakan bahwa antara tahun 1931-1938 Pemerintah Hindia Belanda tidak mendirikan lagi sekolah-sekolah bersubsidi, malahan justru akan mengeluarkan Wildescholen Ordonantie, yaitu undang-undang mengenai urusan sekolah-sekolah partikulir yang oleh pemerintah jajahan disebut "sekolah liar."
Hal itu menimbulkan reaksi yang keras di kalangan masyarakat, baik dari kalangan yang bergerak di bidang sosial maupun dari kalangan yang bergerak dalam bidang politik. Pada tanggal 18 September 1932, para penentang itu mengadakan kongres di Bandung yang memprotes tindakan pemerintah mengeluarkan ordonantie tersebut.
Dalam hal itu Paguyuban Pasundan termasuk pihak yang paling gigih mengajukan protes, sekalipun kegiatannya dalam pendidikan sedikit kemungkinannya terkena ordonnantie tersebut sebab sekolah-sekolah yang didirikan pada umumnya memenuhi syarat, bahkan diakui dan diberi subsidi oleh pemerintah.
Oleh karena itu, dalam kongres Paguyuban Pasundan di Bogor pada tahun 1930, ditetapkan bahwa Bale Pawulangan Pasundan akan terus mendirikan sekolah-sekolah dan terus bekerja dalam bidangnya, mengurus dan menyelenggarakan segala sesuatu yang berhubungan de -ngan pendidikan dan pengajaran.
Pada tahun 1939-1940, di seluruh Jawa Barat terdapat kurang lebih 48 sekolah yang telah didirikan oleh Bale Pawulangan Pasundan antara lain HIS di Tasikmalaya, Bandung, Ciparay, Purwakarta, Bogor, Sukabumi, Arjawinangun dan Cirebon (HIS sore), MULO di Tasikmalaya, Standaard School di Mr. Cornelis (Jatinegara), Schakel School di Kuningan dan Sukabumi, di samping Kweekschool dan Handelshool. Selainitu, dibuka pula kursus-kursus seperti Schakel School Cursus dan K.E. di Tasikmalaya dan Purwakarta, School Cursus dan Kursus Ambtenaar di Sukabumi, Schakel Cursus dan kursus bahasa Belanda dan Inggris di Subang.
Demikian pula di beberapa kota di Jawa Barat lainnya, seperti di Sumedang, Cianjur, Cikajang (Garut), Leles (Garut), Ciamis, dan Majalengka terdapat sekolah-sekolah yang didirikan oleh Bale Pawulangan Pasundan. Dari sekian banyak sekolah yang telah didirikan oleh Bale Pawulangan Pasundan, dua puluh sekolah di antaranya mendapat subsidi dari pemerintah.*** Sumber artikel: Sejarah Tatar Sunda- Oleh : Nina H.Lubis. DKK 2003
Dijual Buku Antik dan Langka Sastra Sejarah Dll
Dijual Majalah Cetakan Lama
Dijual Buku Pelajaran Lawas
Saya JAY SETIAWAN
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.
Posting Komentar