Sejarah dan Foto-Foto Banten Tempo Dulu

Dijual Buku Antik dan Langka

BUPATI LEBAK BANTEN
ADIPATI KARTA NATANEGARA


Raden Adipati Karta Natanegara pernah menjabat demang di Jasinga diangkat oleh pemerintah Belanda menjadi Bupati Lebak, menggantikan Pangeran Adipati Senajaya yang dicopot Belanda dengan sedikit paksaan.

Sebagai Demang di Jasinga, Karta Natanegara memang telah berhasil menangkap seorang wanita Banten yang benama Nyi Gamparan, yang menjadi pemimpin perlawanan terhadap Belanda (1835).

Sejak 1832, Nyi Gamparan memimpin perlawanannya yang gigih di daerah pegunungan Balagadang. Sebagai hadiah penangkapan Nyi Gamparan,Demang Jasinga itu menjadi Bupati Lebak (W.A. van Ress, op. cit). Bukan saja Nyi Gamparan menggemparkan daerah Banten, tetapi juga Raden Bagus Jayakarta putra Bupati Serang yang sangat berpengaruh pada para kyai dan ulama. Raden Bagus Jayakarta telah menjadi otak perlawanan terhadap Belanda pada 24 Februri 1850.
"Raden Adipati, Regen Banten Selatan, dan Anda, Raden Demang, para pemimpin distrik di divisi ini, dan Anda, Raden Jaksa, yang bertugas untuk memastikan keadilan, dan juga Anda, Raden Kliwon, yang melaksanakan kekuasaan di pusat divisional, dan Anda, Raden, Mantri, serta semua pemimpin di Divisi Banten Selatan, selamat datang!"
"Ketika Gubernur Jenderal menugaskan saya untuk datang pada Anda sebagai Asisten Residen divisi ini, hati saya gembira. Anda pasti sudah tahu bahwa saya belum pernah menginjakkan kaki di Banten Selatan. Oleh karena itu saya diberi laporan tertulis mengenai divisi Anda, dan saya melihat bahwa banyak hal yang bagus di sini. Rakyat Anda memiliki sawah di perbukitan, dan terdapat sawah di pegunungan. Dan Anda berharap dapat hidup damai, dan Anda tidak tertarik untuk tinggal di lahan yang telah dihuni orang lain. Ya, saya tahu bahwa terdapat banyak hal bagus di Banten Selatan." dst.

R.A. Van Sandick dalam bukunya Leed en liefuit Bantam (1893, hal 218) meniliti, “Apakah betul-betul Bupati Lebak yang digambarkan Multatuli begitu bengis?”. Di sekitar Lebak, katanya Bupati yang telah meninggal itu oleh penduduk dianggap orang saleh dan suci. Gambaran yang sama kita peroleh dari korespondensi para istri bupati pada zaman itu yang dikumpulkan oleh H. Mohamad Musa (1880).

Pidato yang termasyhur dan panjang, yang diucapkan di hadapan Bupati dan penguasa lain di daerah itu, dalam kenyataannya hanya berlangsung beberapa menit saja (G.Jockbloet: Multatuli, 1894, hal ii/2.57/8). Apalagi Eduard Douwes Dekker tidak menguasai bahasa Melayu atau bahasa Sunda dan tidak pernah mengadakan inspeksi ke pelosok-pelosok Banten Kidul (G.J.P. de la Valette, De Gids, 1910, II 383/4).

Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC dibangkitkan oleh Abdul Fatah (Sultan Ageng Tirtayasa) dan puteranya bernama Pangeran Purbaya (Sultan Haji). Sultan Ageng Tirtayasa dengan tegas menolak segala bentuk aturan monopoli VOC dan berusaha mengusir VOC dari Batavia. Pada tahun 1659, perlawanan rakyat Banten mengalami kegagalan, yaitu ditandai oleh keberhasilan Belanda dalam memaksa Sultan Ageng Tirtayasa untuk menandatangani perjanjian monopoli perdagangan.

Pada tahun 1683, VOC menerapkan politik adu domba (devide et impera) antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan puteranya yang bernama Sultan Haji, sehingga terjadilah perselisihan antara ayah dan anak, yang pada akhirnya dapat mempersempit wilayah serta memperlemah posisi Kerajaan Banten. Sultan Haji yang dibantu oleh VOC dapat mengalahkan Sultan Ageng Tirtayasa. Kemenangan Sultan Haji atas bantuan VOC tersebut menghasilkan kompensasi dalam penandatanganan perjanjian dengan kompeni.

Perjanjian tersebut menandakan perlawanan rakyat Banten terhadap VOC dapat dipadamkan, bahkan Banten dapat dikuasai oleh VOC. Pertikaian keluarga di Kerajaan Banten menunjukkan bahwa mudahnya rakyat Banten untuk diadu domba oleh VOC.

Pada tahun 1750, terjadi perlawanan rakyat Banten terhadap Sultan Haji (yang menjadi raja setelah menggantikan Sultan Ageng Tirtayasa), atas tindakan Sultan Haji (rajanya) yang sewenang-wenang terhadap rakyatnya sendiri. Perlawanan rakyat Banten ini dapat dipadamkan oleh Sultan Haji atas bantuan VOC. Sebagai imbalan jasa, VOC diberi hak untuk memonopoli perdagangan di seluruh wilayah Banten dan Sumatera Selatan.
Dijual Buku Antik dan Langka Sastra Sejarah Dll
Dijual Majalah Cetakan Lama
Dijual Buku Pelajaran Lawas

Postingan terkait

Saya JAY SETIAWAN
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.

Sejarah dan Foto-Foto Banten Tempo Dulu

Posting Komentar