Sejarah Koperasi di Bandung Tempo Dulu

Dijual Buku Antik dan Langka



Gedung Himpunan Sudara


Kaum saudagar Bandung, sebagai cikal bakalnya golongan wiraswasta bumi-putera di kota ini, membuat langkah awal, dengan mendirikan sebuah kongsi dagang benama Himpoenan Soedara (HS). Secara garis besar, perjalanan sejarah perkumpulan HS yang bersifat independen dan non-politik adalah sebagai berikut : Di tahun 1906 berkumpulah sepuluh orang saudagar Bandung, yang pada jamannya termasuk golongan yang lebih modern.

Mereka berkumpul menunjukkan suatu pengertian yang sama, yakni didorong oleh semangat bekerja sama, yang kini disebut semangat koperasi. Kemudian mupakat untuk mendirikan suatu perkumpulan dengan tujuan mempersatukan tenaga dan modal sekedarnya (Lihat : Bents Tahunan Perkumpulan Himpunan Sudara, 1955). Kesepuluh saudagar tersebut, adalah : H. Basoeni, H. Badjoeri, M. Marta, H. Domiri, R.H. Djoewaeni, Maksoedi, Basar, J. Adiwinata, H.Hoetomi, dan H.M. Boekri. Sebagaimana ethos kerja kaum santri yang bersifat ulet. Rajin dan hidup sederhana, maka para saudagar Bandung itu, dalam waktu singkat, telah dapat mengumpulkan modal cukup besar.

Kongsi dagang yang semula mengumpulkan modal untuk membeli kulit, barang kerajinan kulit dan kain batik di Jawa Tengah; kemudian berubah menjadi perkumpulan semacam koperasi simpan-pinj am. Perubahan ini terjadi setelah J. Adiwinata terpilih sebagai Ketua Himpoenan Soedara di tahun 1909. Mirip dengan syarat keanggotaan Sarekat Dagang Islam di Surakarta, maka anggota Himpunan Sudara, di Bandung pun, musti memenuhi ketentuan calon anggota adalah saudagar, dan beragama Islam.

Adapun ketua pertama HS adalah H. Badjoeri. Sedangkan yang menjadi "lid" (anggota) nomor satu ialah H.M. Boekri. Tahun 1908 ketua dijabat oleh H. Basoeni, disusul oleh J. Adiwinata sebagai ketua perkumpulan di tahun 1909. Dan proses pergantian pengurus HS yang berlangsung secara periodik dan lancar, menandakan bahwa asas gotong-royong dan demokrasi telah disadari oleh para anggota perkumpulan. Kendati di masa itu, istilah demokrasi belum begitu dikenal oleh kebanyakan orang. Perkumpulan kemudian mendapat pengesahan sebagai badan hukum lewat Gouvernementbesluit tanggal 4 Okto-ber 1913.

Perkumpulan itu beberapa kali pindah kantor, sebelum menempati gedung permanen pusat kegiatan HS di Dalem Kaoem-weg No. 5. Sebelum memiliki gedung sendiri, perkumpulan itu pernah menyewa Sositet Merdika di Jl. Kebonjati. Himpunan Sudara mengalami kemajuan pesat di tahun 1919, tatkala ketuanya dipegang M. Masdoeki, dengan komisaris : J.Adiwinata. M.Masdoeki terkenal memiliki kepribadian yang ulet, teliti,cermat dan hemat. Sesuai dengan motto perkumpulan, dalam bahasa Sunda, yang tercantum pada tiap-tiap buku tabungan:

"Rikrik-Gemi"
Bibirintik nungtut saeutik
Geus gede ngan kari make
Bapa tani sugih mukti
Nu dagang ngan kari senang
Sudagar tambah baleunghar
Cekel gawe tibra sare

Terjemahan bebasnya,kira-kira demikian: Hemat cermat, sedikit - sedikit jadi bukit/terkumpul banyak, tinggal pakai/Bapak tani jadi sejahtera/yang berdagang memetik keuntungan/saudagar tambah kaya-raya/hati tenteram punya pekerjaan. Memasuki jaman kemerdekaan semboyan H.S diungkap lebih tegas dalam dalam bahasa Indonesia:

Hemat pangkal kaya,
sia-sia hutang tumbuh.
Sehari sehelai benang,
lambat laun menjadi kain.
Bangsa yang hemat,
adalah bangsa yang kuat.

Dalam pengurusan M. Masdoeki, persyaratan anggota diperlonggar. Untuk menjadi anggota tak tak usah lagi berdagang. Segala lapisan masyarakat, bisa jadi anggota. Bapak M. Masdoeki memegang jabatan ketua HS paling lama, yaitu dari tahun 1919, hingga akhir hayatnya di tahun 1965.

Tanggal 20 Januari 1925. Himpunan Saudara bisa merayakan rapat tahunannya, di gedung kantornya sendiri. Sedangkan pada tangggal 18 dan 1936, telah diadakan perayaan besar-besaran di gedung itu, dalam rangka memperingati hari jadi ke-30 dari Himpoenan Soedara. Pada kesempatan itu, dianugrahkan tanda penghargaan kepada 3 orang perintis/pendiri H.S. yaitu:

- H. Hoetomi,(2)
- H. M.Boeki dan
- H. Joewaeni.

Tanda penghargaan itu berupa medali berbentuk oval,dari bahan emas, berukirkan siluet gedung H.S. Sumber: Semerbak Bunga di Bandung Raya oleh Haryoto Kunto.


Dijual Buku Laporan Tahunan  "Himpoenan Soedara" Tahun 1954 s/d 1957 Klik disini >>





Dijual Buku Antik dan Langka Sastra Sejarah Dll
Dijual Majalah Cetakan Lama
Dijual Buku Pelajaran Lawas

Postingan terkait

Saya JAY SETIAWAN
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.

Sejarah Koperasi di Bandung Tempo Dulu

Posting Komentar