Ramalan Leluhur Orang Sunda

Dijual Buku Antik dan Langka




Uga sebagai Ramalan 
Di kalangan masyarakat Sunda, ada suatu kepercayaan bahwa perubahan sosial akan terjadi sesuai dengan ramalan para karuhun (leluhur) Ramalan mengenai perubahan sosial yang penting — terutama yang menyangkut masalah negara atau wilayah — biasa disebut uga. Sebagai bentuk ramalan, uga dapat diinterpretasikan tergantung pada tingkat kepercayaan orang yang menginterpretasikannya.

Uga dikenal di kalangan masyarakat agraris-tradisional, dan uga kini uga masih dikenal sebagian masyarakat, khususnya di orang-orang tua dan hampir tidak dikenal di kalangan orang-rang muda. Ungkapan-ungkapan yang terdapat dalam uga biasa digunakan orang-orang tua untuk memahami "tanda-tanda zaman", meramalkan adanya suatu perubahan sosial, politik pada masa yang akan datang, di lingkungan mereka tinggal. Uga diungkapkan dengan kata atau kalimat-kalimat yang mengandung aspek siloka (simbolik). Kata-kata yang dipergunakan sederhana, dalam bahasa atau kasar (menurut tingkatan bahasa dalam bahasa Sunda). Merupakan tradisi lisan, dan sifatnya anonim, tidak jelas siapa pencetusnya.
Selain aspek simbolik, dalam uga terkandung pula unsur waktu. tradisi Sunda, ada ungkapan: Geus nepi kanan ugana, geus nepi kanan waktu anu ditujum karuhan" (Sudah sampai pada uganya, sudah tiba pada saat yang diramalkan leluhur).
Menunjukkan bahwa dalam ramalan berbentuk uga, faktor waktu merupakan sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan. Akan tetapi, unsur waktu yang terkandung dalam uga bersifat tidak pasti, artinya bisa kapan saja, besok, lusa, tahun depan, atau mungkin tak pernah terjadi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan beberapa jenis uga-uga yang berasal dari daerah tertentu di Jawa Barat berikut ini.

  1. Uga Galunggung : dari daerah Tasikmalaya, berbunyi "Sunda nanjung lamun pulung turun ti Galunggung" (0rang Sunda akan tinggi derajatnya, apabila pulung turun dari Galunggung).
  2. Uga Bandung : dari daerah Bandung, berbunyi, "Sunda nanjung, lamun nu pundung ti Bandung ka Cikapundug geus balik deui" (Orang Sunda akan tinggi derajatnya, jika orang yang merajuk dari Bandung ke Sungai Cikapundung kembali lagi).
  3. Uga Kawasen : dari daerah Kawasen (Ciamis), berbunyi, "Ari anu bakal jadi ratu, baju butut babadong batok, anu, jolna ti Gunung Surandil, banderana karakas cau" (Orang yang bakal menjadi ratu, berbaju rombeng, menggunakan topi tempurung, yang datang dari Gunung Surandil, berbendera daun pisang kering).
  4. Selain itu, ada uga-uga lain yang lebih ringkas dan lebih populer di kalangan masyarakat hingga sekarang. Misalnya, "Bandung heurin ku tangtung (Bandung penuh sesak dengan bangunan), Cikatalanjuran (Ciganjur terlewatkan), Sumedang ngarangrangan (Sumedang semakin meranggas). Sumber artikel: Tradisi & Tranformasi Sejarah Sunda - 2000 hal: 151-152 Oleh Dr. Hj. Nina H. Lubis, M.S.
Dijual Buku Antik dan Langka Sastra Sejarah Dll
Dijual Majalah Cetakan Lama
Dijual Buku Pelajaran Lawas

Postingan terkait

Saya JAY SETIAWAN
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.

Ramalan Leluhur Orang Sunda

Posting Komentar