Perkembangan Bahasa Melayu Kuno di Sumatra

Dijual Buku Antik dan Langka




kutaraja aceh 1892
Kutaraja Aceh 1892


Pertumbauhan Bahasa di Indonesia.
Jauh lebih kurang 13 abad yang lau, telah berdiri suatu kerajaan di Sumatra, yang bernama Sriwijaya, lanjutan kerajaan dari Minangkabu (Prof. Purbacaraka). Bangsa yang memerintah hampir delapan abad ini, meliputi seluruh Nusantara, termasuk Malaya dan Campa, telah mempunyai bahasa kesatuan yang dinamakan bahasa Melayu-Kuno, dengan memepergunakan tulisan Pallawa (Hindu-Kuno).

Dengan bahasa itu batu peringatan dinukil, dengan bahasa itu undang-undang dikeluarkan, dengan bahasa itu pula saudagar-saudagar Melayu mengadakan hubungan dagang, politik dan sebagainya, hubungan dengan negara-negara tetangga. Bahasa itu pula yang dipakai sebagai bahasa pengantar atau sebagai bahasa pergaulan (Ligua Franca) antara bangsa asing dengan penduduk asli, yang datang ke Sriwijaya.

Dan pastilah bahasa itu telah dipakai sebagai bahasa pergaulan, lama sebelum kerajaan Sriwijaya lahir, terutama dipertengahan pulau Sumatra. Kami katakan demikian, karena bahasa-bahasa yang terdapat pada batu bertulis di Sumatra, yang sezaman dengan batu bertulis yang terdapat dipulau Jawa, tidak sama : dipulau Sumatra memakai bahasa Melayu Kuno sedang di Jawa mamakai bahasa Jawa Kuno.

Pengembara-pengembara dan pendeta Tionghoa yang datang ke Sumatra pada abad ke-7, menyebut bahasa itu dengan kw'un-lun.

Pada abad itu pula di Sriwijaya berdiri sebuah Perguruan Tinggi agama Budha. Diantara mahagurunya ialah Dharmapala yang datang dari Universitas Nalanda (India). Pendeta I-tsing yang datang tahun 671 di Sriwijaya,mengabarkan bahwa disitu terdapat berpuluh-puluh wihara (biara), tempat mahasiswa-mahasiswa yang datang hampir dari segenap penjuru Asia.

Dengan bertambah luasnya kerajaan Sriwijaya, bertambah banyak hubungan dengan dunia luar, seperti kerajaan Mataram di Jawa dan kerajaan Tiongkok dan berdirinya Perguruan Tinggi yang menjadi pusat minat ratusan mahasiswa, bukan tiada mungkin, bahwa bahasa Melayu memegang peranan penting sebagai bahasa pergaulan,maupun sebagai bahasa budaya dizaman itu.

Perguruan Tinggi yang mempunyai mahasiswa ratusan banyaknya itu, pastilah mempunyai juga berpuluh-puluh buku kalau tidak beratus-ratus yang dipakai sebagai bahan pelajaran atau sebagai catatan riwayat kerajaan dan raja-raja keturunan Sriwijaya.

Kemudian setelah agama baru, yaitu Islam,yang masuk dengan pesat via istana raja-raja berbau Hindu, diabaikan saja : bisa terjadi juga ada yang sengaja dimusnahkan. Kemungkinan yang seperti itu dalam sejarah, telah berulang-ulang kita jumpai.

Sebagai mana kebencian kaum Kristen terhadap  segala yang berbau Fir'aun, meyebabkan pembakaran buku besar-besaran di Iskandariah. Mesir, hampir tiga hari lamanya api menyala memusnahkan ribuan buku-buku yang berisi kebudayaan Fir'aun. Begitu pula ketika jepang masuk ke Indonesia, ribuan pula banyaknya buku-buku Belanda dengan tak pilih bulu, dibakar dan dimusnahkan, karena benci dan karena takut dituduh pro-Belanda. Sumber: Langgam Sastra Lama 1958. 







Dijual Buku Antik dan Langka Sastra Sejarah Dll
Dijual Majalah Cetakan Lama
Dijual Buku Pelajaran Lawas

Postingan terkait

Saya JAY SETIAWAN
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.

Perkembangan Bahasa Melayu Kuno di Sumatra

Posting Komentar