Kumpulan Cerpen Karya Charles Dickens Kisah Dua Kota Bagian 2

Dijual Buku Antik dan Langka


Si Tukang Sepatu

Engkau masih bekerja", sapa Defarge. Beberapa saat tiada jawaban. Kemudian suara lembut menjawab: "Ya, aku masih bekerja". Pakaian lelaki tua itu compang-camping. Jenggotnya putih menutupi wajahnya yang cekung. Matanya agak membesar tidak wajar, seperti terbiasa hidup dalam ruangan gelap.Dan tampak jelas juga bahwa pikirannya agak terganggu."Ada tamu untukmu," kata Defarge kepada orang tua itu. "Perlihatkan sepatu yang sedang kaubuat.Sepatu apa itu?" "Sepatu wanita muda", jawab Si tua.Dengan bangga ia memandangi sepatu di tangannya.Bangga akan hasil karyanya sendiri."Siapa namamur, tanya Jarvis sambil melangkah maju."Namaku? Seratus lima,menara utara". "Apo? Hanya itu?" "Seratus lima, menara utara", jawab si tua lagi."Apakah kau memang tukang sepatu", tanya Jar-vis. Orang tua itu diam sebentar, seolah-olah berfikir. "Tidak", katanya kemudian, "aku bukan tukang sepatu. Aku belajar membuat sepatu di penjara". Jarvis Lorry menatap wajah si tua. "Dr. Manette! Tidakkah engkau mengenaliku?"

Sepatu yang dipegang si tua terjatuh ke lantai. Dengan tercengang ia memandang Jarvis. -Dr. Manette, engkau tidak ingat pada Monsieur,Defarge ini? Tidak ingat padaku,Jarvis Lorry, pejabat bank kenalan baikmu dahulu?“Orang tua itu memandangi tamunya satu per satu. Sekilas ingatan terpancar air matanya,untuk lenyap kembali dari benaknya. la membungkuk,memungut sepatu dan meneruskan pekerjaannya. Perlahan-lahan Lucie mendekat lalu berhenti di sisi bangku. Si tua terkejut memandang Lucie. Jarvis dan Defarge menjadi cemas :nelihat si tua memegang pisau pemotong kulit dan Lucie di dekatnya.

"Kau siapa?", tanya si tua dengan suara gemetar, "putri kepala penjara?" "Bukan", jawab Lucie lembut. "Siapa?", tanya si tua lagi. Lucie tak sanggup menjawab kembali la duduk di bangku. Si tua menjauh. Tapi Lucie memegang le-ngannya. Rambut Lucie terurai di atas pundak;berkilau keemasan terpantul sinar dari jendela. Tangan si tua diangkat dan dengan ragu-ragu menjamah rambut Lucie. Hanya sebentar. la menarik nafas panjang, lalu bekerja lagi. Beberapa saat kemudian ia berhenti lagi. Rambut Lucie dijamahnya kembali. "Rambut yang sama", katanya perlahan-lahan."Tani  bagaimana mungkin?" la melepaskan tali di lehernya.Ada sebuah kan-tong kumal terikat pada tali itu. Dengan hati-hati, kantong dibuka di atas pangkuannya. lsinya cuma bebe-rapa helai rambut pirang keemasan. Sekali lagi la menjamah rambut Lucie dan di-perhatikan lebih teliti. "Sarna".gumam si tua membandingkan rambut Lucie dengan rambut dan kantong kumal tadi. "Sama  tapi bagaimana mungkin? Malam itu, sebelum mereka membawa aku pergi, ia meletakkan kepalanya di atas pundakku.Rambut ini kemudian ku dapati menempel di lengan bajuku."Tiba-tiba ia berpaling ke arah Lucie yang tetap tenang duduk di sampingnya. Jarvis dan Defarge mendekat,berjaga-jaga untuk mencegah segala kemungkinan."Jangan mendekat", kata Lucie, "jangan bicara ataupun bergerak".

"Siapa namamu?", tanya si tua. "Ah! Di lain waktu kau akan kuberitahu namaku. Engkau akan tahu siapa ibuku dan siapa ayahku. Aku tidak bisa menceritakannya di sini. Sekarang aku ha-nya dapat berkata bahwa aku mencintaimu. Kumo-hon agar kau mau mencium dan memberi berkatmu kepadaku." Lelaki tua itu dipeluknya seperti memeluk seorang bayi. "Bersyukurlah bahwa penderitaanmu kini telah ber-akhir. Kita akan pindah ke Inggeris agar bisa hidup tenteram"
LAMA sekali si tua bersandar dalam pelukan Lucie. Akhirnya tertidur pulas seperti bayi. "Kita harus membawanya sekarang juga". kata Jar-vis "Apakah dia cukup kuat?", tanya Lucie. "Lebih baik daripada harus tinggal di kota yang sa-ngat mengerikan baginya ini "Benar", kata Defarge. "Juga untuk kepentingannya sendiri ia sebaiknya meninggalkan Perancis. Aku akan menyewa kereta dan kuda". Beberapa waktu kemudian mereka siap berangkat. Si tua membiarkan dirinya diberi pakaian baru, patuh seperti anak kecil. Di depan kedai tak seorangpun tampak menyaksikan keberangkatan mereka. Hanya nyonya Defarge masih tampak duduk merajut diambang pintu. Duduk seorang diri, tidak menghiraukan sesuatu apapun.

Dijual Buku Antik dan Langka Sastra Sejarah Dll
Dijual Majalah Cetakan Lama
Dijual Buku Pelajaran Lawas

Postingan terkait

Saya JAY SETIAWAN
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.

Kumpulan Cerpen Karya Charles Dickens Kisah Dua Kota Bagian 2

Posting Komentar