Lucie menjenguk ayahnya.
KOTA PARIS adalah kota yang megah dan indah. Bangunan-bangunan yang mengagumkan dan rumah-rumah orang kaya tak terhitung jumlah-nya. Tapi orang miskin dan orang kelaparan juga tak kurang. Lebih-lebih di bagian kota yang•disebut St. Antoine. Sungguh suatu pertentangan yang sangat menyolok. Di sini tinggal orang-orang gelandangan dan pengemis yang sangat menderita. Wajah-wajah yang pucat dan kotor,tubuh yang kurus seperti kerangka berjalan, rumah-rumah bobrok yang berbau busuk,dan segala macam hat yang menyebabkan bulu roma berdiri. Di dekat tempat ini ada kedai milik Defarge. Dulu Defarge pernah jadi pelayan, tapi sekarang ia hidup kecukupan. Orang dapat minum anggur lezat di kedai ini. Pada suatu hari sebuah tong anggur jatuh ke tanah." Tong itu pecah karena kena batu. Batu-batu trotoar yang sudah pecah-pecah karena dimakan waktu. Orang-orang miskin yang melihat itu segera menyerbu rejeki tumpah itu. Mereka berebut-rebutan berusaha minum barang cair berharga itu.
Ada yang menciduk dengan tangannya. Ada yang mencelupkan kain lalu diperas ke dalam mulutnya. Ada yang membasahkan tangannya dengan anggur di sela-sela batu, lalu menjilatinya. Tapi mereka hanya merasa-kan kenikmatan itu sedetik, karena anggur tumpah se-gera menyembunyikan din i ke dalam tanah. Yang paling beruntung adalah seorang laki-laki bertubuh tinggi, karena berhasil mencelupkan jarinya kedalam cairan anggur itu. Kemudian ia menggoreskan jarinya ke tembok kedai Defarge, sebuah tulisan de-ngan huruf jelas bunyinya; DARAH. Sebuah kata yang tak enak dibaca, sebab seolah-olah meramalkan jalan jalan St. Antoine akan dibanjiri darah! TONG anggur itu sebenarnya sedang diangkut ke sebuah kedai di ujung jalan. Pemiliknya, Monsieur Defarge berdiri di pintu, menyaksikan peristiwa tersebut. Ketika melihat pria yang sedang menulisi tembok itu, ia berseru: "Hai Gaspar! Mengapa kau mencoret-coret tembok di jalan? Carilah tempat lain untuk menulis kata-kata seperti itu!" Defarge masuk lagi ke dalam kedai. Istrinya sedang duduk merajut. Ketika suaminya masuk, ia mendeham sambil melirik ke sudut ruangan.
Di dalam kedai terdapat beberapa langganan. Di sudut duduk seorang lelaki agak tua ditemani seorang wanita muda. Ketika Defarge lewat, lelaki itu memberi isyarat kepada teman wanitanya, seolah-olah hendak berkata: "Itulah dia". "Mereka siapa?", tanya Defarge dalam hati, "Aku tidak mengenalnya". Tapi Defarge pura-pura tidak melihat kedua orang asing itu. la menghampiri tiga pria yang sedang minum di satu meja. "Bagaimana kesudahannya, Jacques?", tanya salah seorang di antaranya kepada Defarge. "Apakah anggur dari tong di jalan tadi sudah habis mereka minum?" "Habis hingga tetes terakhir, jawab Defarge. "Jarang sekali orang-orang melarat itu dapat menikmati rasa anggur",kata pria kedua. "Ataupun hal-hal lain kecuali roti busuk dan malapetaka. Betul tidak, Jacques?" "Ya, memang begitulah, Jacques", jawab Defarge lagi. Pria ketiga meletakkan gelas anggurnya ke atas meja. "Ah! Hanya kepahitan saja yang bisa dirasakan binatang-binatang jalang itu. Bukankah begitu?" "Kau benar, Jacques,jawab Defarge ketiga kalinya. isyarat dari istrinya menarik perhatian Defarge. Dan iapun berkata: "Kamar yang kalian ingin periksa ada di atas.
Salah seorang di antara kalian pernah ke sana. Dia akan menunjukkan jalan".Mereka membayar minuman masing-masing dan pergi. Lelaki tua di sudut tadi menghampiri Defarge. Mereka bercakap-cakap sebentar. Defarge mengang-guk dan lelaki itu menggapai temannya. Nyonya Defarge tetap merajut seolah-olah tidak melihat apa-apa.Tuan Jarvis Lorry, lelaki tua itu, dan nona Lucie Manette mengikuti Detarge menuju halaman belakang. Di sana Defarge berlutut dan mencium tangan Lucie.
BEBERAPA waktu yang lalu, Defarge pernah men-iadi pelayan Dr. Manette, ayah Lucie. Suatu ketika, ibu Lucie meninggal dunia dan ayahnya menghilang. Tak seorangpun tahu akan nasibnya. Lucie, yang waktu itu masih anak-anak,dipindah ke Inggeris. Jarvis Lorry, pejabat Bank TelIson dan kawan lama ayah Lucie, diangkat menjadi walinya. Karena masih membujang,Jarvis meminta seorang wanita lnggeris,nona Pross,untuk mengasuh Lucie.Sekarang, setelah Lucie menjelang dewasa, terbetiklah berita yang mendorong mereka pergi ke Paris. Dr. Manette yang disangka telah meninggal dunia,dikabarkan masih hidup.Ternyata, selama ini Dr. Manette meringkuk di Bastile, penjara di kota Paris yang sangat ditakuti orang. Kini Dr. Manette sudah dibebaskan kembali dan dirawat oleh Defarge, bekas pelayannya dulu.
DEFARGE berdiri lagi. Senyum ramah yang se-mula menghias bibirnya, kini hilang terhapus dari wajahnya. "Apakah Dr. Manette sendirian saja?", tanya Jarvis."Ya,dia sendirian.Dia telah begitu lama dikurung seorang diri sehingga merasa terganggu jika ada orang lain"."Banyakkah dia berubah?" "Berubah? Tuan pasti tidak akan mengenaiinya!" Mereka menaiki tangga dan Defarge. mengeluar-kan sebuah kunci dari sakunya. "Pintunya kaukunci?", tanya Jarvis lagi. "Ya.Dia telah begitu lama hidup terkunci sehingga takut kalau pintu kamarnya dibiarkan terbuka". Lucie gemetar. Jarvis berusaha menenangkannya."Tabahlah anakku. Mimpi buruk ini akan segera berlalu".
Pada saat itu mereka melihat tiga pria di kedai tadi sedang mengintai ke dalam sebuah kamar dari celah-celah pintu. Defarge menghalau mereka pergi. "Engkau mempertontonkan Monsieur Marlette?",bisik Jarvis marah melihat perbuatan ketiga pria tersebut. "Hanya kepada beberapa orang saja dan dengan maksud tertentu,jawab Defarge. "Nama mereka sama dengan namaku, Jacques.Ah,tuan orang Inggeris sehingga tidak mengerti". la membuka pintu kamar yang tadi diintai ketiga pria tersebut, menjenguk ke dalam dan mengatakan sesuatu. Suara lembut menjawab. "Aku takut", kata Lucie agak gemetar. "Apo yang kautakuti?" "Aku takut padanya. Kepada ayah". Jarvis memegang tangan Lucie untuk menabahkan hatinya. Dengan lembut ia membimbing Lucie masuk. Dalam kamar tampak seorang lelaki duduk membelakangi pintu. Wajahnya menghadap jendela. Rambutnya putih semua. la duduk membungkuk di atas bangku panjang,sibuk membuat sepatu.
Bersambung ke Si Tukang Sepatu klik disini...
Dijual Buku Antik dan Langka Sastra Sejarah Dll
Dijual Majalah Cetakan Lama
Dijual Buku Pelajaran Lawas
Saya JAY SETIAWAN
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.
Posting Komentar