Lukisan Suasana di Bogor Jaman Dulu |
Dalam Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara parwa II sarga 2 dan Pustaka Nagara Kretabhumi parwa I sarga 4 yang masing-masing selesai dibukukan tahun 1679 dan 1695,ia menegaskan bahwa menurut para mahakwi Sunda,Prabu Siliwangi itu adalah suami Subanglarang atau ayahanda Walangsungsang dan Larasantang.
karena menurut catatan keraton Cirebon suami 'Subanglarang' atau ayahanda 'Walangsungsang' dan 'larasantang' itu bernama 'Sri Baduga Maharaja Putera Dewa Niskala' dan cucu 'Niskala Wastu Kancana', maka ' Pangeran Wangsakerta' menarik kesimpulan bahwa yang disebut Prabu Siliwangi oleh para mahakawi Sunda itu tidak lain dari tokoh Sri Baduga Maharaja yang menjadi raja Sunda dalam tahun 1404-1443 Saka(1482-1521)masehi.
Tentang alasan mengapa nama itu yang digunakan,Wangsakerta menyampaikan alasan dari para mahakawi sunda bahwa tokoh Prabu Siliwangi adalah penerus kekuasaan Prabu Wangi dan Prabu Wangisutah. Menurut catatan Keraton Cirebon, 'Prabu Wangi' adalah sebutan untuk 'Maharaja Linggabuanawisesa' yang gugur di Bubat, dan Prabu Wangisuta adalah sebutan untuk 'Niskala Wastu Kancna' Karena 'Dewa Niskala' hanya menjadi penguasa Galuh yang berarti hanya separuh kerajaan,maka Sri Baduga Maharaja-lah yang 'silih wangi'bukan ayahnya.
Tiga abad setelah Wangsekerta menyusun naskah-naskahnya,seorang peneliti lain yaitu Moh.Amir sutaarga(1965) tiba pada kesimpulan yang sama bahwa Prabu Siliwangi yang terkenal dalam literatur Sunda klasik itu identik dengan tokoh 'Sri Baduga Maharaja' dalam dokumen historis,dan nama Siliwangi itu berarti 'Silih' (pengganti) Prabu Siliwangi'. Dalam kemunculan berita 'baru' tentang nama Silih Wangi yang tersurat dalam catatan perjalanannya Bujangga Manik menurut tulisan 'Noorduyn' dalam 'BKI' (1982,deel 138,4e-afl) kita dihadapkan kepada pertanyaan baru:masih sejalankah kesimpulan 'Pangeran Wangsakerta' dan amir Sutaarga itu dengan catatan Bujangga Manik? Dalam perjalanannya yang kedua, Bujangga Manik mencatat bahwa Demak sudah ada tetapi ibukota Majapahit masih disebutkan terletak di sebelah selatan Bubat.
Berdasarkan hal itu kita dapat mengira-ngirakan bahwa perjalanan tersebut dilakukan antara tahun 1473 dengan 1478. Demak didirikan pada tahun 1473 dan diresmikan sebagai kadipaten bawahan 'Majapahit' dalam tahun 1475 sedangkan ibukota 'Majapahit' setelah reruntuhan kekuasaan Prabu Kretabumi dipindahkan mula-mula ke Keling dan kemudian Kediri. Jadi,peristiwa perjalanan melalui 'Jalatunda' yang disebutkan sebagai'Sakakala Silih Wangi'itu terjadi sebelum penobatan 'Sri Baduga tahun 1482.
Menurut 'Wangsakerta' Siliwangi itu mula-mula dinobatkan sebagai penguasa 'Galuh' dengan gelar 'Prabu Guru Dewataprana', kemudian ia dinobatkan sebagai penguasa Jawa Barat di Pakuan dengan gelar 'Sri Baduga Maharaja Ratu Haji'di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata. Peristiwa itu terjadi pada bulan 'Caitra' tahun 1404 Saka (Maret/April 1482 Masehi). Sebutan 'Siliwangi' logikanya baru akan muncul setelah peristiwa tersebut. Itulah masalah sehubungan dengan catatan perjalanan 'Tohaan Bujangga Manik'. BACA BERIKUTNYA >>
Dijual Buku Antik dan Langka Sastra Sejarah Dll
Dijual Majalah Cetakan Lama
Dijual Buku Pelajaran Lawas
Saya JAY SETIAWAN
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.
Posting Komentar