Kesenian gembyung dan genjring .
Adalah salah satu kesenian tradisional di wilayah Kabupaten Majalengka yang belakangan nyaris tidak pernah ada yang menabuh. Karena mungkin kesenian tersebut tidak banyak disukai remaja masa kini.
Kalaupun ada yang menabuh genjring atau gembyung hanya pada acara-acara tertentu terutama acara ritual keagamaan, seperti maulud nabi untuk mengiringi lagu-lagu barjanji. Menurut keterangan salah seorang budayawan di Majalengka Rais Purwacarita, gembyung adalah tabuhan tradisi jawa, gembyung lahir sejak Pangeran Cakrabuana mengembangkan metoda belajar islam lewat seni.
Di daerah Majalengaka dipelopori oleh Ki Sindur untuk memperagakan jenis musik islami yang memadukan antara musik timur tengah dengan kesenian jawa. Termasuk dialamnya kehadiran tamborin (genjring).
Pada awalnya ketiga jenis kesenian ini berbeda, dimana genjring lebih dikenal dengan musik terbang yang kemudian dimasukkan musik genjring dan irama khas timur tengah kemudian namanya menyatu menajadi kesenian gembyung.
Di Majalengka kesenian gembyung ini dikembangkan lagi oleh seniman-seniman Majalengka menjadi kesenian gembyung khas Majalengka.
Untuk saat ini kesenian gembyung di wilayah Majalengka tinggal di beberapa tempat lagi seperti di Gunungmanik, Kecamatan Banjaran, Cijati Kecamatan Majalengka, Maja atapun Bantarwaru, Kecamatan Ligung. Kesenian ini memang kurang diminati anak muda sekarang,ungkap Rais.
Namun kelompok seni Konser Kampung Jatitujuh yang dipimpin oleh Memet berupaya memodifiaksi gembyung ini dengan memberikan sentuhan-sentuhan tradisional memunculkan irama yang lebih kreatif dan inovatif yang mungkin bisa jadi lebih memenuhi tuntutan selerea generasi muda masa kini.
Berkembangnya pemahaman islam pada remaja, menarik minat masyarakat Majalengka untuk masuk ke lebih jauh untuk menemukan irama khasidah yang lebih menyentuh nuansa penemuan batinnya.ungkap Rais.
Ilyas Bakri salah seorang pemilik grup kesenian gembyung di Desa bantarwaru, Kecamatan Ligung menyebutkan, kesenian gembyung lebih ramai ditabuh pada momen-momen tertentu terutama pada saat memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw.
Saat ini saja ada beberapa kelompok pengajian, sejumlah mushola yang memanfaatkan jasa seniman genjring untuk mengiringi syair-syair yang dibacakan dari kitab al-barzanji pada saat memperingati Maulud Nabi,ungkapnya.
Pada tahun 1980'an menurut Ilyas masih banyak kelompok pengajian atau mereka yang hajatan baik khitanan atau acara pernikahan yang memintanya untuk menabuh.
Semakin ke sini kesenian gembyung semakin jarang saja. Bahkan, pada bulan maulid pun undangan untuk menabuh bisa dihitung hanya di beberapa tempat saja. Berbeda dengan saat tahun 1980'an, masih banyak yang ngundang,kata Ilyas. Sumber:Pikiran Rakyat. Dijual Buku Antik dan Langka Sastra Sejarah Dll
Dijual Majalah Cetakan Lama
Dijual Buku Pelajaran Lawas
Saya JAY SETIAWAN
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.
Posting Komentar