ANAK-ANAK GADIS DI PANGALENGAN
SEDANG MENYORTIR BIJI KINA
FOTO DIBUAT ANTARA TAHUN 1915-1930
Bagian Pertamanya DISINI >>
Saat ibu dan anak itu bercengkrama. Di ceritakan bahwa ada seorang perempuan bernama Jompong Larang yang sedang pergi keluar istana dimana tempat dia bekerja sebagai pelayan Putri Ajung Larang Sakean Kilat Bancana, Keluar dari keraton-nya dan menyebrangi sungai Ci-Pakancilan lalu tiba di Istana Pakuan (Istana Bujangga Manik). Di sana, Jompong Larang melihat Bujangga Manik alias Ameng Layaran yang sedang mengunyah sirih di pesanggrahan. Dia sungguh terpesona melihat ketampanan Bujangga manik (Baris 267-275).
Bogoh ku na pangawakan:
giling bitis pa(n)cuh geulang,
tareros na tuang ramo,
para(n)jang na tuang ta(ng)gay,
be(n)tik halis sikar dahi,
suruy hu(n)tu be(n)tik tungtung,
sumaray dadu ku seupah.
Dingaran si Jo(m)pong Larang,
(brs.267-275)
Karena kekagumannya itu, dia langsung kembali lagi ke istana tempat dia bekerja untuk memberitahukannya kepada Putri Ajung Larang Sakean Kilat Bancana bahwa di Pakancilan ada seseorang yang tampan dan bisa jadi pasangan yang cocok bagi Putri Ajung Larang. Setibanya di Istana, Jompong Larang menemui Putri Ajung Larang yang kebetulan sedang sibuk menenun. Uraian mengenai cara menenunnya diterangkan dalam baris 279-282.
eukeur ngeuyeuk eukeur meubeur,
eukeur nyulage mihane,
neuleum nuar nyangkuduan,
ngaracet ka(n)teh pamulu.
(brs.270-282)
Putri yang mengenakan gaun dan disampingnya ada sebuah kotak impor dari cina (baris 284-290).
Sakean Kilat Bancana,
ngaleke ebreh na cangkeng,
cugenang tuang pinareup.
Teherna lu(ng)guh di kasur,
ngagigirkeun ebun Cina,
ebun Cina diparada,
290 pamuat ti alas peu(n)tas.
(brs.284-290)
Melihat Jompong Larang yang terburu-buru menemuinya. Kemudian Jompong Larang memberitahu putri tersebut. Dia pun memberi tahu bahwa nama pria itu adalah Ameng Layaran. Menurutnya (Jompong Larang), bahwa Ameng Layaran lebih tampan daripada Banyak Catra atau Silih Wangi, bahkan sepupu sang putri (baris 316-321).
Sanembal si Jo(m)pong Larang:
'Samapun ngaranna Ameng Layaran.
Latara teuing na kasep,
kasep manan Banyak Catra,
leuwih manan Silih Wangi,
liwat ti tuang ponakan.
(brs.316-321)
Dikatakannya pula, Ameng Layaran itu pintar membuat sajak dalam daun lontar serta bisa berbahasa Jawa juga memahami kitab
suci (baris 227-331)
Teher bisa carek Jawa,
w(e)ruh di na eusi tangtu,
lapat di tata pustaka,
w(e)ruh di darma pitutur,
bisa di sanghiang darma.
(brs.227-331)
Mendengar hal itu, Putri langsung jatuh cinta dan penuh harap. Dia langsung meninggalkan pekerjaan yang sedang dilakukannya itu (menenun) dan pergi ke ruang dalam. Di sana dia sibuk menyiapkan hadiah bagi pria muda tersebut, yang terdiri dari berbagai perlengkapan mengunyah sirih, menggunakan bahan-bahan yang indah, dengan sangat hati-hati.
Putri juga menambahkan koleksi wangi-wangian yang sangat mahal (seluruh wewangian tersebut berasal dari luar negeri/"seberang lautan") juga baju dan sebuah keris yang indah. Kemudian, Putri Ajung Larang mengutus Jompong Larang untuk menemui Ameng Layaran / Bujangga manik dengan membawa hadiah-hadiah tersebut.
Sang putri berpesan agar hadiah-hadiah tersebut diterimanya dan sang Putri sendiri akan menyusul. Pelayan tersebut kemudian bergegas keluar dari keraton menuju istana tempat dimana Bujangga Manik berada sambil membawa beragam hadiah tersebut. Kemudian, pelayan itu tiba di istana dan mendapati Ibu Bujangga Manik yang sedang duduk di atas kasur. Kepadanya, sang pelayan menyampaikan seluruh amanat dari Putri Ajung Larang Sakean Kilat Bancana.
Melihat hadiah tersebut, sang Ibu mendesak Bujangga manik untuk menerimanya kemudian mengatakan bahwa sugi tembakau yang di hadiahkannya itu disiapkan dengan dibentuk, dilipat, dan digulung di atas paha juga dada sang putri. Kemudian, di belitnya dengan benang dari rok-nya agar dapat "mengikat jejaka dan menggugah gairah-nya". Ibunya juga mengatakan bahwa putri berkeinginan untuk meyerahkan dirinya kepada Bujangga Manik serta mengucapkan kata-kata yang tidak pernah disampaikan putri Ajung Larang, "Saya akan menyerahkan diri saya. Saya akan menyambar seperti elang, menerkam seperti harimau, meminta diterima sebagai kekasih (530-534).
"Lamuning datang ka luar,
aing dek mikeun awaking,
dek nya(m)ber bitan na heulang,
ngarontok bitan na meong,
menta ditanggapan jalir."
(brs.530-534)
Secara semangat, ibunya menyarankan agar Bujangga manik menerima lamaran Putri Ajung Larang. Ibunya pun menambahkan, jika lamarannya di terima maka "masih ada yang lebih besar lagi". Namun, Ameng Layaran alias Bujangga manik terperanjat melihat ibunya yang tampak bersemangat itu. Baginya, kata-kata yang di ucapkan sang ibu merupakan kata-kata yang terlarang (carek larangan)
(brs.551)).
eta na carek larangan.
(brs.551) Bersambung ke halaman 4 >>
Dijual Buku Antik dan Langka Sastra Sejarah Dll
Dijual Majalah Cetakan Lama
Dijual Buku Pelajaran Lawas
Saya JAY SETIAWAN
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.
Posting Komentar