Kisah Pengembaraan Bujangga Manik Dalam Naskah Kuno Siksa Kandang Karesian Bagian 4 Tamat

Dijual Buku Antik dan Langka



Panorama Talaga Warna
Jaman Dulu 


Bagian pertamanya DISINI >>
Namun, Ameng layaran menolak hadiah tersebut dengan kata-kata yang panjang juga (brs. 548-650). Dia takut jika menerima hadiah tersebut akan mengakibatkan terkena penyakit, air mata, dan kelemahan badan. Maka, dia meminta ibunya untuk mengembalikan hadiah-hadiah tersebut serta menghibur sang putri. Ameng Layaran atau Bujangga Manik lebih suka menyendiri dan menjalankan pelajaran yang di dapatnya dari perjalanannya ke Jawa. Tempat dia sebagai rahib atau pertapa dan menjalankan nasihat dewaguru, pandita, dan purusa. Sedangkan, saran ibunya tersebut dia anggap buruk bahkan menunjukan jalan ke neraka.

Dia-pun teringat atas dirinya yang sebagai anak yatim dan ibunya telah berbuat salah. Karena neneknya tidak menjaga pantangan ketika ibunya mengandung. Yaitu, memakan kembang pisang dan ikan beunteur, termasuk ikan yang hendak bertelur, sampai-sampai dia terkena "serangan tupai" karena itulah dia meninggalkan ibunya demi kebaikan. Bujangga manik kemudian mengambil tasnya yang berisi buku besar dan Siksaguru juga tongkat rotan dan cambuknya. Lalu, dia berkata akan pergi ke timur lagi. Menuju ujung timur pulau Jawa dimana dia akan "mencari tanah tempatku berkubur, mencari laut tempatku mengapung, tempat aku menutup mata, tempat aku menaruh tubuhku" (brs.663-666).

di tungtungna tebeh wetan,
nyiar / lemah pamasaran,
nyiar tasik panghanyutan,
pigeusaneun aing paeh,
pigeusaneun nu(n)da raga.
(brs.663-666)

Dia meninggalkan istana, terus mengembara dan tak pernah kembali. Di perjalanannya yang kedua, Bujangga manik mula-mula ke arah utara. Dia melalui sembilan tempat sebelum berbelok ke timur, menyebrangi sungai Ci-haliwung (brs.676-684).

na U(m)bul Medang katukang,
Go(ng)gong na Umbul So(ng)gol
Samu(ng)kur ti Leuwi Nutug,
sadiri ti Mulah Malik,
eta jalan ka Pasagi,
na jalan ka Bala I(n)dra,
diri aing ti paniis.
Samu(ng)kur aing di Tubuy,
meu(n)tasing di Cihaliwung
(brs.676-684)

Perjalanan kedua
Sebelum menyebrangi Ci-Haliwung, Bujangga Manik keluar dari Pakancilan melewati Umbul Medang, Gongong, Umbul Songgol, Leuwi Nutug, Mulah Malik, dan Pasagi. Baru Dia menyebrangi Ci-Haliwung (brs.676-684). Mendaki Darah sampai Caringin Bentik. Dia kemudian mendaki Bala Gajah dan Mayanggu melewati Kandang Serang, Ratu Jaya dan Kadu Kanaka kemudian menyebrangi Cileungsi

(Saat ini menjadi nama sungai yang mengalir ke arah utara dekat bekasi (brs.685-694)).
na(n)jak ka sanghiang Darah,
nepi ka Caringin Be(n)tik.
Sana(n)jak ka Bala Gajah
ku ngaing geus kaleu(m)pangan,
na(n)jak aing ka Mayanggu,
ngalalar ka / Ka (n)dang Serang,
na jalan ka Ratu Jaya.
ku ngaing geus kaleu(m)pangan,
datang ka Kadu Kanaka,
meu(n)tas aing di Cileungsi
(brs.685-694)

Dari sana, dia menuju arah selatan mendaki Gunung Gajah dan Gunung (Bukit) Caru dan kemudian ke arah timur ke Citeureup, nama sebuah desa sekarang di sebelah timur Cibinong dan ke Tandangan (tidak dikenal) (brs.695-699).

nyangkidul ka gunung Gajah.
Sacu(n)duk ka bukit Caru,
sakakala tuhan Cupak,
nyangwetan ka-Citeurep-keun,
datang aing ka Tandangan
(brs.695-699)

Setelah itu, berturut-turut dia menyebrangi Ci-hoe (anak sungai Cipamingkis yang mengalir ke Ci-beet, dan ini adalah anak sungai Citarum dari sisi sebelah barat) dan Ciwinten (tepat di sebelah timur Ci-beet, tapi tidak tergambar di peta baru), sampailah di Cigeuntis (Sebuah desa yang berada di dekat pertemuan sungai Ci-beet dan Geuntis) kemudian naik ke Goha (Mungkin sebuah bukit dekat Ci-guha sekarang, anak sungai Citarum yang kecil, tidak jauh di sebelah barat laut Purwakarta)

(brs.700-704).

meu(n)tas aing di Cihoe,
meu(n)tas aing di Ciwinten,
nepi aing ka Cigeuntis,
Sana(n)jak aing ka Goha,
sacu(n)duk aing ka Timbun,
(brs.700-704)

Setelah itu, dia menyebrangi sungai Citarum lalu menyebrangi Cilamaya. Di antara kedua sungai ini, ia melewati Ramanea (tidak dikenal) dan tiga buah gunung yang berada didalam daerah (jajahan) Saung Agung (brs.707-715).

meu(n)tas aing di Citarum,
ngalalar ka Ramanea,
Sanepi ka bukit se(m)pil,
ka to(ng)gongna bukit Bongkok,
sacu(n)duk ka bukit Cungcung,
na jajahan Saung Agung,
ku ngaing geus kaleu(m)pangan,
leu(m)pang aing nyangwetankeun,
meu(n)tasing di Cilamaya,
(brs.707-715)

Sungai berikutnya yang diseberangi oleh Bujangga manik adalah Cipunagara, yang dikenal dalam sumber-sumber Belanda dengan sebutan sungai Pamanukan. Setelah menyebranginya, Bujangga manik memasuki daerah lain yang disebut Medang Kahiangan (Medang artinya Surga atau tempat suci) dan melewati gunung Tompo Omas (Tompo Omas artinya bakul emas, dalam bahasa Jawa, Tompo artinya sejenis bakul untuk beras) yang sekarang lebih dikenal dengan Gunung Tampomas dekat kota Sumedang. Ada kemungkinan, nama Medang dari kata Sumedang diambil dari kata Medang Kahiangan untuk mengabadikan ingatan kepada tempat tersebut.  TAMAT


Dijual Buku Antik dan Langka Sastra Sejarah Dll
Dijual Majalah Cetakan Lama
Dijual Buku Pelajaran Lawas

Postingan terkait

Saya JAY SETIAWAN
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.

Kisah Pengembaraan Bujangga Manik Dalam Naskah Kuno Siksa Kandang Karesian Bagian 4 Tamat

Posting Komentar