Bandung februari 1908 |
Masih banyak orang yang bertanya berasal dari kata apakah Bandung itu ? Kata Bandung, diperkirakan sejak tahun 1488 sudah disebut-sebut sebagai bagian dari kerajaan Pajajaran. Dalam buku buah Karya Valentijn tahun 1726, pada petanya tercantum nama Bandong, yang terletak di sebelah selatan Gegerkalong Hilir, sebelah Sungai Citarum dan pusatnya terletak di bagian barat kali Cikapundung.
Seorang sastrawan sekaligus budayawan, dan politikus pada jaman itu, yaitu KH. Hasan Mustafa berupaya mengupas apa arti kata Bandung, baik menurut arti kata maupun situasi kondisi alam yang melingkupinya. Apa yang diungkapkannya dapat dijadikan dasar untuk menginterpretasikan kata tersebut. Bandung sama dengan kata Bandungan yang berarti parahu paranti ngarungkupkeun heurap dina situ atawa wiletan ‘Perahu yang dipergunakan untuk menebarkan jaring dalam sebuah situ atau wiletan’.
Kata Bandung dapat diartikan sama dengan pujian, minangka tungtung kapujian, cara dina elmu répok Lumbung Bandung sabab sok kongas eusina loba ‘merupakan pujian, seperti dalam elmu répok Lumbung Bandung, sebab termashur banyak isinya’. Atau Sumur Bandung caina tara saat-saat ‘Sumur Bandung airnya tidak pernah surut’.
Kalimat lain menyatakan Dayeuh Bandung, ceuk kolot Bandung, gawena keur ngabandungan ka peuntas nagara Batulayang (Banjaran) nu matak aya basa “peupeuntasan dayeuh Bandung” ‘Menurut orang tua dahulu Kota Bandung berfungsi untuk menyimak atau memperhatikan ke arah sebarang Negara Batulayang (Banjaran), karena itu ada kata “Seberang Dayeuh Bandung”. Bandung sarua jeung bendung, rasiahna ngabendung nu kudu kandel bendungan bisi kabuka wiwirangna ‘Bandung sama dengan bendung, rahasiahnya membendung suatu bendungan agar tidak terbuka kejelekannya’(KH. Hasan Mustafa, Bale Bandung, 10 Agustus 1924).
Sementara itu Suryadi menyebutkan bahwa asal nama Kota Bandung diambil dari perkataan bendung (ngabendung atawa nambak situ) duméh baheulana tanah padataran Bandung asalna situ hiang (talaga). Nurutkeun galur nu kapihatur, carita nu baheula nu boga alpukah nyipta ngabendung éta situ hiang téh Nyi Rarasati anu jaman ayeuna disarebut Nyi Dayang Sumbi. ‘Nama kota Bandung diambil dari kata bendung hal ini disebabkan dataran tanah Kota Bandung berasal dari sebuah danau atau telaga yang bernama Situ Hiang. Menurut cerita orang, yang menciptakan danau tersebut adalah Nyi Rarasati atau yang sekarang kita kenal dengan sebutan Nyi Dayang Sumbi’ (Suryadi, 1974).
Dalam Kamoes Soenda, karangan Satjadibrata halaman 28, dikatakan bahwa pengertian kata Bandoeng artinya banding; ngabandoeng artinya ngarèndèng ‘berdampingan’; bandoengan artinya parahoe doea dirèndèngkeun makè sasag ‘dua perahu yang berdampingan disatukan dengan mempergunakan bambu yang dianyam; ngabandoengan artinya ngadèngèkeun nu keur matja atawa nu keur ngomong ‘menyimak orang yang sedang membaca atau yang sedang berbicara’. Melihat pengertian bahwa arti bandung, dalam bahasa Sunda identik dengan kata ‘banding’ dalam bahasa Indonesia, yang artinya ‘berdampingan’. Ngabanding berarti ‘berdampingan’ atau ‘berdekatan’. Hal ini antara lain dinyatakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994) dan Kamus Sunda-Indonesia (1996), bahwa kata bandung berarti ‘berpasangan’ yang berarti pula ‘berdampingan’.
Pendapat lain mengatakan bahwa kata bandung mengandung arti ‘besar’ atau ‘luas’. Menurut salah seorang informan di Bandung, kata bandung itu berasal dari kata bandeng. Dalam bahasa Sunda, ngabandeng adalah sebutan untuk ‘genangan air yang luas dan tampak tenang namun terkesan menyeramkan’. Diduga kata bandeng itu kemudian berubah bunyi menjadi bandung. Ada pula pendapat menyatakan bahwa kata bandung berasal dari kata bendung.
Pendapat-pendapat tentang asal kata dan arti kata bandung tersebut di atas, diduga berkaitkan dengan peristiwa terbendungnya aliran Sungai Citarum oleh lahar Gunung Tangkuban Parahu, sehingga terbentuk sebuah danau besar. Danau ini kemudian dikenal dengan sebutan ‘Danau Bandung’ atau ‘Danau Bandung Purba’.
Dalam cerita rakyat Sangkuriang, terbentuknya ‘Danau Bandung’ dan Gunung Tangkuban Parahu terjadi dalam waktu satu malam. Dalam cerita itu, Sangkuriang putera Dayang Sumbi, yang diusir oleh ibunya. Setelah dewasa, ia bertemu kembali dengan ibunya dan jatuh cinta. Namun ketika Dayang Sumbi mengetahui bahwa Sangkuriang adalah anak kandungnya sendiri, dengan berat menerima permintaan Sangkuriang dengan syarat Sangkuriang harus membuat danau dan perahu dalam waktu satu malam. Kiranya penyebutan ‘Danau Bandung’ pun terjadi setelah di daerah bekas danau itu berdiri pemerintah Kabupaten Bandung. (Sobana, 1999)
Dijual Buku Antik dan Langka Sastra Sejarah Dll Seorang sastrawan sekaligus budayawan, dan politikus pada jaman itu, yaitu KH. Hasan Mustafa berupaya mengupas apa arti kata Bandung, baik menurut arti kata maupun situasi kondisi alam yang melingkupinya. Apa yang diungkapkannya dapat dijadikan dasar untuk menginterpretasikan kata tersebut. Bandung sama dengan kata Bandungan yang berarti parahu paranti ngarungkupkeun heurap dina situ atawa wiletan ‘Perahu yang dipergunakan untuk menebarkan jaring dalam sebuah situ atau wiletan’.
Kata Bandung dapat diartikan sama dengan pujian, minangka tungtung kapujian, cara dina elmu répok Lumbung Bandung sabab sok kongas eusina loba ‘merupakan pujian, seperti dalam elmu répok Lumbung Bandung, sebab termashur banyak isinya’. Atau Sumur Bandung caina tara saat-saat ‘Sumur Bandung airnya tidak pernah surut’.
Kalimat lain menyatakan Dayeuh Bandung, ceuk kolot Bandung, gawena keur ngabandungan ka peuntas nagara Batulayang (Banjaran) nu matak aya basa “peupeuntasan dayeuh Bandung” ‘Menurut orang tua dahulu Kota Bandung berfungsi untuk menyimak atau memperhatikan ke arah sebarang Negara Batulayang (Banjaran), karena itu ada kata “Seberang Dayeuh Bandung”. Bandung sarua jeung bendung, rasiahna ngabendung nu kudu kandel bendungan bisi kabuka wiwirangna ‘Bandung sama dengan bendung, rahasiahnya membendung suatu bendungan agar tidak terbuka kejelekannya’(KH. Hasan Mustafa, Bale Bandung, 10 Agustus 1924).
Sementara itu Suryadi menyebutkan bahwa asal nama Kota Bandung diambil dari perkataan bendung (ngabendung atawa nambak situ) duméh baheulana tanah padataran Bandung asalna situ hiang (talaga). Nurutkeun galur nu kapihatur, carita nu baheula nu boga alpukah nyipta ngabendung éta situ hiang téh Nyi Rarasati anu jaman ayeuna disarebut Nyi Dayang Sumbi. ‘Nama kota Bandung diambil dari kata bendung hal ini disebabkan dataran tanah Kota Bandung berasal dari sebuah danau atau telaga yang bernama Situ Hiang. Menurut cerita orang, yang menciptakan danau tersebut adalah Nyi Rarasati atau yang sekarang kita kenal dengan sebutan Nyi Dayang Sumbi’ (Suryadi, 1974).
Dalam Kamoes Soenda, karangan Satjadibrata halaman 28, dikatakan bahwa pengertian kata Bandoeng artinya banding; ngabandoeng artinya ngarèndèng ‘berdampingan’; bandoengan artinya parahoe doea dirèndèngkeun makè sasag ‘dua perahu yang berdampingan disatukan dengan mempergunakan bambu yang dianyam; ngabandoengan artinya ngadèngèkeun nu keur matja atawa nu keur ngomong ‘menyimak orang yang sedang membaca atau yang sedang berbicara’. Melihat pengertian bahwa arti bandung, dalam bahasa Sunda identik dengan kata ‘banding’ dalam bahasa Indonesia, yang artinya ‘berdampingan’. Ngabanding berarti ‘berdampingan’ atau ‘berdekatan’. Hal ini antara lain dinyatakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994) dan Kamus Sunda-Indonesia (1996), bahwa kata bandung berarti ‘berpasangan’ yang berarti pula ‘berdampingan’.
Pendapat lain mengatakan bahwa kata bandung mengandung arti ‘besar’ atau ‘luas’. Menurut salah seorang informan di Bandung, kata bandung itu berasal dari kata bandeng. Dalam bahasa Sunda, ngabandeng adalah sebutan untuk ‘genangan air yang luas dan tampak tenang namun terkesan menyeramkan’. Diduga kata bandeng itu kemudian berubah bunyi menjadi bandung. Ada pula pendapat menyatakan bahwa kata bandung berasal dari kata bendung.
Pendapat-pendapat tentang asal kata dan arti kata bandung tersebut di atas, diduga berkaitkan dengan peristiwa terbendungnya aliran Sungai Citarum oleh lahar Gunung Tangkuban Parahu, sehingga terbentuk sebuah danau besar. Danau ini kemudian dikenal dengan sebutan ‘Danau Bandung’ atau ‘Danau Bandung Purba’.
Dalam cerita rakyat Sangkuriang, terbentuknya ‘Danau Bandung’ dan Gunung Tangkuban Parahu terjadi dalam waktu satu malam. Dalam cerita itu, Sangkuriang putera Dayang Sumbi, yang diusir oleh ibunya. Setelah dewasa, ia bertemu kembali dengan ibunya dan jatuh cinta. Namun ketika Dayang Sumbi mengetahui bahwa Sangkuriang adalah anak kandungnya sendiri, dengan berat menerima permintaan Sangkuriang dengan syarat Sangkuriang harus membuat danau dan perahu dalam waktu satu malam. Kiranya penyebutan ‘Danau Bandung’ pun terjadi setelah di daerah bekas danau itu berdiri pemerintah Kabupaten Bandung. (Sobana, 1999)
Dijual Majalah Cetakan Lama
Dijual Buku Pelajaran Lawas
Saya JAY SETIAWAN
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.
Posting Komentar