Situs Purbakala Pananjung Pangandaran

Dijual Buku Antik dan Langka


Pananjung Pangandaran
Pantai Pangandaran 1918.



Situs Purbakala di Pananjung Pangandaran
Situs Pananjung terletak di Dusun Pananjung, Desa Pangandaran, Kecamatan Pangandaran. Tepatnya berada di kawasan wisata pantai Pangandaran, sekitar 200 m dari pantai Pangandaran pada ketinggian tiga m dpl. Sesuai dengan namanya, Pananjung merupakan semenanjung kecil yang dihubungkan dengan dataran utama. Dataran itu hanya dipisahkan oleh suatu jalan tanah sempit antara dua teluk selebar 200 m.

Keadaan alamnya terdiri dari dataran tinggi yang bagian besar terbentuk dari susunan breccia dengan ketinggian 100-150 m dpl., terbelah oleh lembah sungai yang menuju pantai.

Di sebelah Utara, tempat semenanjung tempat semenanjung mulai melebar, merupakan daerah rendah yang meluas ke ujung Utara dari pantai ke pantai teluk dalam kondisi meratrata, kecuali di beberapa tempat terjadi tonjolan bukit karang. Beberapa bukit karang di pantai timur membentuk gua-gua yang luas dan di dalamnya terdapat stalagnit dan stalagtit.

Sebelum tahun 1922 kawasan semenanjung ini masih mcnjadi perladangan penduduk sekitarnya dalam lokasi terpencar. Kemudian untuk memenuhi kebutuhan masyara kat sebagai tempat rekreasi di alam terbuka, kawasan itu diubah fungsinya oleh pemerintah menjadi hutan wisata dalam bentuk taman wisata.

Candi Pananjung telah diteliti oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional pada tahun 1977, 1978, 1983, 1984, 1986, 1987, dan 1991 berupa survei dan ekskavasi, serta tahun 1999 oleh Balai Arkeologi Bandung. Dari hasil penelitian itu, diungkapkan bahwa situs itu merupakan suatu komplek percandian kecil yang terdiri dari beberapa bangunan.

Bangunan di sebelah barat berbentuk bujursangkar berukuran 12 x 12 m. Pada bangunan itu terdapat struktur batu yang tidak beraturan dan batu-batu bulat yang sebagian tertanam di dalam tanal. Pada bagian batu bulat itu terdapat bekas gesekan yang memutar membentuk alur-alur.

Denah struktur batu di sebelah timur tidak dapat diketahui. Hasil ekskavasi yang dilakukan oleh tim Puslitar-kenas menunjukkan bahwa struktur batu terhenti sampai pada struktur batu berbentuk empat persegi panjang. Pada struktur batu itu terdapat Yoni, Nandi, struktur batu tidak beraturan, dan batu bulat beralaskan padma (padmasana).

Di sekitar Candi Pananjung terdapat gua-gua yang secara keseluruhan terbentuk pada batu gamping, yaitu: (1) Gua Panggung. Lokasi gua berada di pinggir pantai sebelah utara cagar alam Pananjung. Geometri gua berupa ceruk dengan ukuran tinggi 5 m, lebar mulut gua 17 m, dan panjang 16 m. Di dalam gua ini terdapat makam Eyang Jaga Lautan, (2) Gua Parat. Berada di sebelah selatan gua Panggung. Geometri gua berupa gua memanjang menembus sampai pinggir pantai. Dimensi tinggi mulut gua 2 m, lebar 9.5 m, dan panjang diperkirakan mencapai 70 m sampaipinggir pantai.

Di dalam gua itu terdapat lingga yang dipe kirakan berasal dari Candi Pananjung. Sekarang lingga ini dijadikan nisan makam Syekh Ahmad (Mbah Nurbaei dan Muhammad, (3) Gua Sumur Mudal. Berada di sebelah selatan gua Panggung dengan jarak 400 m. Di depan mulut gua menurut penuturan Sugiarto (juru pelihara), beberapa waktu yang lalu terdapat sumber mata air tawar yang air melimpah sampai ke permukaan, (4) Gua Lanang. Mulut gua Lanang sebelah timur berada pada puncak bukit gamping, berupa sebuah kubah dan dihubungkan dengan lorong yang memanjang menuju jalan ke luar di sebelah Barat.

Candi Pananjung merupakan kompleks percandia yang membujur arah Barat-Timur, dengan asumsi jika has ekskavasi menunjukan bahwa di bagian timur tidak lagi struktur batu, maka bangunan di sebelah timur it merupakan bangunan utama. Hal itu ditunjukkan pul dengan adanya yoni (tanpa lingga), arca Nandi, batu buk-beralaskan padma (padmasana), dan struktur batu tidak beraturan. Bangunan di sebelah barat terdiri dari struktur batu berdenah bujur sangkar berukuran 12 x 12 m.

Pada bangunan itu terdapat struktur batu tidak beraturan da batu-batu bulat yang sebagian tertanam di dalam tanah sebanyak delapan buah. Pada bagian batu bulat itu terdapat bekas gesekan yang memutar membentuk alur-alur, dan bila direkonstruksi batu-batu bulat ini akan membentuk dena bujur sangkar atau empat persegi panjang. Berdasarkan itu diduga percandian itu menghadap ke Barat. Batu-batu bulat itu, baik beralaskan padma maupun tidak merupaka alas dari sesuatu yang dianggap sakral. Menilik bentuknya sangat mungkin temuan itu merupakan altar' bagi sejum-lah arca yang tergolong dalam chalachala' atau meja persajian ketika upacara berlangsung. Sementara itu, batu bulat beralaskan padma mempunyai kedudukan lebih tinggi dari sejumlah batu bulat lainnya.

Arca Nandi dan yoni (tanpa lingga) merupakan simbol dari keagamaan Hindu Saiwa. Nandi merupakan wahana Siwa, sedangkan lingga dan yoni merupakan simbol dari Siwa dan Parwati. Lingga merupakan lambang api sebagai manifestasi dari kekuatan atau kekuasaan, sedangkan yoni merupakan lambang bumi. Apabila kedua sifat yang saling bertolak belakang itu bersatu, maka perpaduan itu akan melahirkan kekuatan atau energi.

Dalam kaitan itu, Noorduyn (1982) menyebutkan ketika itu Bujangga Manik dalam perjalanannya mengunjungi tempat-tempat suci di Pulau Jawa, datang ke tempat suci Hindu di Pananjung. Pada saat itu, gua-gua di sekitar percandian sangat mungkin satu kesatuan sebagai tempat bertapa kendati sekarang komponen sakral sebagai indikasi arkeologis sebuah pertapaan belum ditemukan.

Jika demikian, Candi Pananjung adalah sebuah karsyan. Sebagaimana layaknya sebuah karsyan, Candi Pananjung berfungsi sebagai kuil pemujaan. Hal itu sejalan dengan naskah-naskah Sunda kuna antara lain Sewaka Darma, Sanghiyang Siksakandang Karesian, Kawih Paningkes, dan Jatiniskala yang mengungkapkan konsep - konsep kalepasan jiwa (moksa). Untuk mencapai kalepasan jiwa ini, para resi memuja Paramasiwa dengan melakukan "puja dalam" (manasa puja) dan melakukan tapa pada gua-gua di sekitar bangunan suci tersebut. Sebelum melakukan ritual, diperlukan air untuk menyucikan diri. Bila keterangan juru pelihara benar, air tawar diperoleh dari sumber air yang terdapat di depan gua sumur Mudal. Sumber: Sejarah Tatar Sunda - Satya historika 2003 - Oleh: Nina H. Lubis. dkk



Dijual Buku Antik dan Langka Sastra Sejarah Dll
Dijual Majalah Cetakan Lama
Dijual Buku Pelajaran Lawas

Postingan terkait

Saya JAY SETIAWAN
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.

Situs Purbakala Pananjung Pangandaran

Posting Komentar