Sejak jaman penjajahan kawah Kamojang sudah menjadi tempat wisata pavorit bagi orang-orang Eropa - foto dibuat bulan september 1928
|
Kawah Kamojang sebagai taman wisata alam (TWA) memang masih belum populer. Apalagi jika dibandingkan dengan TWA Kawah Putih di Ciwideuy, apalagi Kawah Gunung Tangkuban Perahu (Lembang), dan Kawah Papandayan (Cisurupan), TWA Kawah Kamojang yang terletak di perbatasan Kab. Bandung dan Garut ini masih kalah jauh pamornya. Keberadaannya seakan tersembunyi di balik pipa-pipa berwarna perak yang menghubungkan lubang sumur uap milik Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Kamojang.
Padahal, keelokannya sudah diketahui sejak tahun 1918. Saat itu seorang Belanda, J.B. Van Dijk melakukan perjalanan dan mengusulkan pemanfaatan sumber energi panas bumi di Kamojang yang tercatat memiliki lebih dari 25 lubang kawah dan beberapa lainnya lokasinya berpindah-pindah. Tawaran paling menantang berkunjung ke Kawah Kamojang yang berjarak 38 km dari pusat Kota Bandung dan 25 km dari Kota Garut, bukan sekadar bau belerang yang menusuk hidung dan kepulan asap putih membumbung keluar dari lubang-lubang kawah. Akan tetapi, berbagai suara khas yang dikeluarkan dari masing lubang kawah.
Karena kekhasannya itulah, beberapa kawah dinamai berdasarkan suara. Seperti Kawah Manuk, dinamai karena dalam satu area kawah yang terdiri atas beberapa lubang mengeluarkan suara seperti burung (manuk). Kawah Kareta dinamai demikian karena bunyinya seperti bunyi kereta api yang sesekali disertai suara peluit.
Ada juga Kawah Stik Gas yang mengeluarkan gas dari lubang tanah. Kemudian Kawah Leutak, bentuk kawahnya becek seperti rawa, Kawah Sakarat karena kawah tersebut berbunyi seperti orang yang mau mati. Selain itu, ada Kawah Kamojang, Kawah Berecek, Kawah Hujan, Kawah Beureum, dan lainnya
Umumnya, wisatawan yang datang ke TWA Kamojang, merasa tertarik pada Kawah Hujan dan Kawah Beureum. Letak keduanya berdampingan. Kawah Hujan mengeluarkan semburan uap panas bumi dari lubang-lubang tanah seperti jatuhnya air hujan. Semburan uap panas bumi dari lubang tanah di Kawah Hujan sewaktu-waktu cukup tinggi dan mengeluarkan percikan air seperti hujan yang indah dan menakjubkan. Wisatawan sengaja duduk-duduk di bebatuan sekitar kawah dengan maksud merasakan air dan uap panasnya.
Sementara itu, keunikan Kawah Beureum karena dihiasi batu-batu yang semuanya berwarna merah (beureum, Sunda). “Namun, kami sering kali harus mengingatkan para pengunjung yang sering lupa diri karena lalai dan kurang memperhatikan keselamatan, mereka terperosok ke tanah yang lembek, hingga kulitnya terbakar,” ujar Wowon (41), salah seorang petugas Kawah Kamojang.
Berjalan di antara semburan uap panas bumi, banyak dirasakan wisatawan sebagai pengalaman unik dan penuh sensasi. Kita akan merasakan pengalaman yang mendebarkan, menegangkan, sekaligus merasa khawatir sewaktu-waktu lubang-lubang kawah dengan suaranya yang bergemuruh memuntahkan isinya.
Selain itu, perjalanan menuju Kawah Kamojang merupakan perjalanan wisata yang cukup menyenangkan, baik melalui Majalaya lalu ke Ibun, maupun melalui Kota Garut seterusnya ke Samarang. Pemandangan pegunungan serta pertanian sayur warga cukup menyejukkan mata.
Kawah Kamojang yang terletak pada ketinggian sekitar 1.000 meter dari permukaan laut (mdpl), bila melalui Kec. Ibun, kita harus melewati jalanan terjal dan menikung. Dari Majalaya hanya ditempuh hanya 45 menit, namun lewat jalur ini sejak Kota Kecamatan Ibun hingga tanjakan Monteng (curam-red.) jalanan kurang bagus dan banyak lubang besar. “Bila bersama keluarga, lebih baik lewat Samarang (Garut) yang jalannya lebih baik dan tidak banyak tanjakan,” ungkap Wowon.
Ada banyak alasan wisatawan yang datang ke Kawah Kamojang. Selain ingin menikmati kawasan wisata yang masih asri dan alami, juga untuk maksud lain. Seperti menikmati uap atau air panas yang keluar dari sejumlah lubang kawah. Konon, selain menyembuhkan penyakit kulit, uap panas bumi di Kamojang sangat baik untuk mengobati berbagai penyakit, terutama penyakit rematik dan tekanan darah tinggi. Selain itu, pengunjung juga bisa mencoba menggunakan lumpur lulur Kamojang.
Di beberapa sudut kawah, terdapat sumber lumpur belerang yang mendidih berwarna abu-abu menyembul dari dalam tanah. Menurut penduduk setempat, lumpur ini berkhasiat untuk kesehatan kulit. Bahkan sejak dahulu, sering digunakan untuk membersihkan kulit kokoloteun dan ketombe di kulit kepala. Selepas berlulur lumpur, berendam di air panas menjadi pilihan yang wajib dilakukan. Ada beberapa kamar mandi yang disewakan.
Bila sedang beruntung, ada warung di sekitar kamar mandi yang menawarkan minuman lame koneng. Selain bandrek, ada minuman khas setempat berupa rebusan kulit pohon lame koneng. Rasanya pahit, tetapi khasiatnya sudah teruji. Khasiatnya tidak jauh berbeda dengan rebusan akar naga atau akar pasak bumi pada beberapa tempat lain. Bila menyukai wisata tantangan yang mampu meningkatkan adrenalin, sempatkanlah berkunjung ke Kawah Kamojang.
Dijual Buku Antik dan Langka Sastra Sejarah Dll
Dijual Majalah Cetakan Lama
Dijual Buku Pelajaran Lawas
Saya JAY SETIAWAN
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.
tinggal di kota Bandung. Selain iseng menulis di blog, juga menjual buku-buku bekas cetakan lama. Jika sahabat tertarik untuk memiliki buku-buku yang saya tawarkan, silahkan hubungi Call SMS WA : 0821 3029 2632. Trima kasih atas kunjungan dan attensinya.
Posting Komentar